Mudik Lewat Sedayu Gresik
Mudik ke Bondowoso melalui Sedayu Gresik terasa lain. Pada umumnya jalannya relatif lebih sepi, sehingga memungkinkan dapat mengendalikan kendaraan terasa lebih bebas antara kencang dan lambat, sesuai dengan rencana dalam perjalanan.
Pada saat libur Hari Buruh Internasional kali ini, 1 Mei 204, saya mudik bertiga. Mudik kali ini saya gunakan untuk dua tujuan. Pertama, untuk menebus libur bersama keluarga terutama bagi hari raya yang akan datang, sebab pada hari Raya Idul Fitri yang akan datang saya tidak bisa ke Bondowoso, karena rumah saya di Semarang nanti akan ditempati acara Halal Bihalal Bani Abdul Hamid. Tentu tuan rumah akan dirasa tidak bijak, bila kita ketamuan kok tidak orangnya hanya karena alasan pergi ke orang tuanya. Kedua, untuk menghadiri Haul Ayah yang Ke-21, yang diadakan bersamaan dengan rampungnya salat Jum’at bersama. Dua maksud utama inilah maksud utama dari mudik saya dari Malam Kamis bakda Isyah [pergi], hingga Sabtu siang [sampai kembali di rumah Semarang] sejauh perjalanan 1.100 km.
Dengan bertiga saya putuskan berangkat mudik ke Bondowoso. Nia dan Nora punya kesibukan. Nia mengajar dan menangani anaknya yang perlu dijaga kesihatannya karena baru saja ia belajar berjalanan, sehingga pada hari saya mudik dia bersama dua anak perempuan dan seorang anak laki-lakinya, Saiful berada di rumah. Sedang Nora, mengikuti acara S2 Sastra Undip ke Yogyakarta yang berseminar Nasional bersama di Kampus UGM dari hari Kamis Malam hingga Sabtu Siang. Entah apa saja acaranya, belum disampaikan kepada saya.
Ladia Makwa saya ajak mudik ke Bondowoso. Sebab, Ladia gampang beradaptasi dan tidur nyenyak sendiri selama dalam perjalanan, dan tahan tidak muntak tidak seperti dua saudarinya yang lain. Sepanjang perjalanan 500 km lebih dia dengan tenang menuju tujuan, dengan hanya muntah sedikit ketika berada di Arak-Arak Bondowoso. Tidak ada keluhan berarti, ketika kami bepergian bersama Ladia ini, yang untuk kali ini sekaligus memanfaatkan pasca inreyen Innova ke-1684 km-nya.
Kendaraan baru bisa berjalan antara 60-80; 80-100; 100-130 km. Kondisinya lebih anteng dibanding yang CC nya 1.500 termasuk rush yang sudah saya pernah miliki dulu, saya jual setelah memilikinya sekitar 3 tahun berjalan.
Innova ini melintasi jalan dengan lebih gesit dan lebih tenang. “Rasanya layyoh,” kata kawan jawa timuran. Lebih empuk, begitulah kira-kira kita gambarkan.
Acara menghadiri Haul K.H. Moh Subahar kali ini cukup simpel. Maklum, keluarga baru saja menguras biaya untuk acara menantuan Elok Fitriah Pebruari lalu, setelah sebalum nya rombongan Bondowoso sama pergi ke Semarang, menghadiri pengantenan anak kami Naily Kamaliah di rumah kami Beringin RT 02/RW 06 Semarang Jawa Tengah. Acara Haul kami ini, dilangsungkan setelah shalat jum’at, yang khutbahnya disampaikan oleh Prof Erfan Subahar yang mengupas tentang perlunya memperhatikan shalat kita sekeluarga. Suatu andalan yang kelak dipertanggungjawabkan pertama di hadapan Allah Swt. Persis setelah salat Jum’at; setelah Khatib dan Iman membaca doa penutup, dan shalat bakdiah Jum’at, maka acara dimulai.
Pemubukaan oleh Adinda K.H. Zarkasyi Subahar, Sambutan atas nama Shahibul Bait oleh Prof Erfan Subahar, lalu acara Yasinan dan Tahlil oleh Adinda Zarkasyi Subahar beserta doa oleh Adinda A. Halim Subahar. Acara diakhiri dengan makan bersama dan pemberian dos yang berisi banyak kue kepada seluruh jamaah shalat Jum’at. Semua acara diakhiri dengan hamdalah dan sholawat penutup acara (Erfan S).