Nasihat Kependidikan Lukman al-Hakim 3
Nasihat Kependidikan Lukman al-Hakim kali ini adalah bagian yang terakhir. Setelah Senin ke-2 kita ada kendala untuk menyampaikan nasihat kedua, yang baru disampai kan di Senin yang ke-3, yang menyampaikan tiga nasihat; nasihat ke-3 sampai ke-5, maka kali ini RRI Pro-4 menyampaikan nasihat begian terakhir. Yaitu nasihat ke-6 hingga yang ke-9. Kajiannya dipandu oleh Bapak Iwan.
Pada siaran bagian nasihat yang ke-3 ini, seperti yang ke-2, waktu lebih dari 30 menit. Nasihat yang disampaikan oleh Prof. Erfan Soebahar, adalah seperti berikut ini.
Nasihat 6, “Hendaklah Mendirikan Salat.” Salat adalah bukti riil bahwa seseorang sesorang benar-benar telah melaksanakan hidupan beragama. Walaupun itu baru salah satu dari bukti dari sekian bukti-bukti menjalankan kehidupan beragama, namun bukti salat adalah bukti yang kuat. Bahkan, bukti salat adalah termasuk pilar atau cagaknya agama. Maka orang yang mendirikan salat sudah sama dengan orang yang mendirikan agama, dan meninggalkannya sama dengan meninggalkan agama. Dari situ, salat itu tinggi nilainya, dan itu dijadikan bukti yang pertama-tama dinilai Allah Swt, dari nilai amaliah muslim di dunia.
Nasihat 7, “Hendaklah Beramar Ma’ruf dan Nahy Munkar.” Untuk tegaknya kebajikan dan kemaslahatan yang berkelanjutan di dalam kehidupan, dua tugas ini menjadi kewajiban setiap mukmin yang baik dan siap. Tugas amar ma’ruf, adalah menyampaikan atau mendorong apa saja yang dipandang baik dan benar oleh norma-norma agama yang relevan juga dengan ajaran moralitas. Sedang nahy munkar, adalah ikut menyampaikan atau mendakwahkan apa saja yang seseorang disuruh meninggalkan atau mencegah sesuatu yang dipandang buruk atau jelek sekiranya dilakukan.
Nasihat 8, “Bersabar terhadap segala cobaan dan ujian Allah.” Dalam perjalanan kehidupan, kebaikan apa saja dan upaya kemaslahatan yang seperti apapun, akan ada “kendala”nya.
Nasihat 9, “Tidak menyombongkan diri.” Sikap sombong (Al-Mutakabbir) hanya pantas bagi Allah, sang Pencipta. Karena memang Allah lah yang menciptakan semesta ini seisinya dalam kesendiriannya. Maka hanya Allah Swt yang tepat menyandang sifat ini. Namun, manusia — walau mereka di banyak hal punya kelebihan– kelebihannya selalu dalam keterbatasan, tidak ada yang sempurna. Maka ungkapan Al-Qur’an, ‘Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Q.S. Lukman/31: 18). Pertimbangannya, “Sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu,” adalah solusi akhlaki dari perilaku sombong yang tidak dikuasai Allah Swt itu.
Demikian, semoga uraian ini bermanfaat. (Erfan Soebahar, 23-09-2013).