Naskah Khutbah Idul Fitri Pada Salah Satu Masjid di Pedurungan

MENJADIKAN IDUL FITRI SEBAGAI MOMENTUM

PENEGUH KEHIDUPAN BERBANGSA

Moh. Erfan Soebahar

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الله أكـبر 9×

 الله أكـبر كبـيرا، والحمدلله كثـيرا، وسبحان الله بكرة وأصيلا. لآإلـه الاالله والله أكـبر، الله أكـبر ولله الحمـد

الحمـــــدلله وحـــده، صــدق وعــــده، ونصرعبــده، وَاَعَــزَّ جُنْــدَه، وهــزم الاحــزابَ وحـــــده.

 أشـــهــدأن لآ إلـــه الاالله وحـــــده لاشــــريك لـــه، وأشهـــدان محمــــدا عبـــــده ورســـوله. أللـهم صــل وسلم وبارك على ســيدنا محمد وعلى آلـه وأصحــابه وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِــيْراً.

أمابعد:

 فياأيهاالحاضرون، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَـاعَتــِــهِ لَعَــلَّكُمْ  تُفْلِحُوْنَ. قال الله تعالى وَهُوَ اَصْدَقُ اْلقَــائِلِــيْنَ، أعوذبالله من الشيطان الرجيم: يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

 

Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan Allah  Swt,

Pada pagi yang cerah ini, mari kita bersama-sama lebih dekat kepada Allah Swt. Kita mulai dengan memuji Allah, mengagungkan Allah, dan membesarkan Asma Allah. Kita juga permantap keyakinan diri: bahwa di jagat raya ini hanya Allah-lah Yang Maha Suci, Maha Mengetahui, Maha Besar, Maha Agung, dan Maha Men­cipta.

Dialah Pencipta alam semesta ini. Pencipta langit, pencipta bumi, pencipta matahari, pencipta bulan, pencipta bintang-bintang, dan pencipta planet-planet lain. Allah Swt juga pencipta semua makhluk, termasuk manusia dan jin. Mengenai penciptaan langit dan bumi, Allah Swt sendiri berfirman dalam Al-Qur’an:

وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّموَاتِ وَاْلأَرْضَ بِالْحَقِّ  

Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. (Q.S. Al-An’am 73)

Selanjutnya dalam Surah Al-Anbiya’: 33, Allah Swt berfirman mengenai penciptaan bulan, bintang, bahkan malam dan siang:

وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ الَّليْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَسْبَحُوْنَ

Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, mata­hari, dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarannya. (Q.S. Al- Anbiya’: 33).

 

Dari ayat di atas, dan masih banyak ayat lain yang tidak dikutip di sini, jelas bahwa pencipta semua makh­luk ini adalah Allah. Bahkan untuk penciptaan jin dan manusia, dipertegas maksud penciptaannya seperti dise­but dalam Surah Adz Dzariyat: 56, yaitu untuk beribadah kepada Allah.

 

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar walillahil-hamd.

 

Kaum Muslimin rahimakumullah.

Semua makhluk ciptaan Allah Swt, dilihat dari sudut kepemilikan akal dan nafsunya, dapat diklompokkan kepa­da empat kelompok:

  • Makhluk yang berakal tetapi tidak bernafsu. Ia disebut Malaikat. Tugas pokoknya melaksanakan perintah Allah, dan tidak pernah maksiat kepada Allah Swt.
  • Makhluk yang tidak berakal tetapi bernafsu. Makhluk ini adalah hewan yang banyak jenisnya. Hewan bisa makan, minum, dan melakukan hubungan seksual. Bahkan, hubungan seksual makhkuk hewani ini nyaris tanpa bebas.
  • Makhluk yang tidak berakal dan tidak bernafsu. Ia berwujud benda-benda. Banyak sekali jenisnya se­per­ti batu, pohon, tanah, ukir-ukiran, dan gunung.
  • Makhluk yang berakal dan bernafsu. Makhluk jenis ini yang diciptakan dari tanah disebut manusia, sedang yang dicipta dari api disebut iblis (yang darinya ada turunannya yang disebut setan); baik jin ma­upun manusia sama menerima syari’at untuk ber­ibadah kepada Allah Swt. Oleh Allah Swt, manusia dibekali fitrah, yaitu bawaan sejak dia lahir. Sementara setan; suka membuat manusia was-was, bimbang dan ragu. Selain bisa melihat yang gaib, setan bisa menggoda dan melihat manusia, sedang manusia hanya satu dua yang dapat melihat setan.

Dengan dibina dan dilatih, manusia bisa berke­mam­­puan. Manusia bisa menjadi baik, kuat, menjadi besar, menjadi kaya, berpengaruh dan mampu. Tetapi bila dibiar­kan –tidak dibina, dibiarkan berjalan sekehendaknya,  setan sering sukses menipunya, membuat manusia tidak ber­daya– hidupnya salah, bisa sesat, terkadang sengat me­nye­satkan. Hidupnya fatal, brutal, anarkhis, nyaris lebih berbahaya dari setan.  Dari situ, manusia butuh pembinaan dan pelatihan berkelanjutan dalam  bentuk mampu me­ngendalikan diri, seperti beribadah puasa Ramadan yang telah kita jalankan selama sebulan ini.

 

Jamaah Idul Fitri  yang berbahagia.

Menurut Al-Qur’an, puasa Ramadan yang dilak­sanakan bersamaan tugas dan amaliah lain, merupakan cara Allah Swt menjadikan umat berderajat mulia. Puasa adalah wahana menjadikan umat yang berhasil. Allah Swt berfirman:

$yg•ƒr’¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6ø‹n=tæ ãP$u‹Å_Á9$# $yJx. |=ÏGä. ’n?t㠚úïÏ%©!$# `ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇÊÑÌÈ   $YB$­ƒr& ;NºyŠr߉÷è¨B 4

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu ber­puasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. (Q.S. Al-Baqarah/2: 183-184)

 

Ayat ini menerangkan perintah puasa. Isinya: titah Allah yang jika dilaksanakan dapat membuat umat itu mulia; naik derajatnya. Takwallah. Pelaksanaannya tidak selesai dalam semalam, melainkan berproses sehari ke sehari. Keberha­silannya seperti proses keberhasilan lainnya: me­lalui suatu persiapan, masa pelaksanaan kegiatan, serta penyelesaian kegiatan.

Capaian keberhasilan puasa juga tidak hierarkis. Akan tetapi, berupa kesatuan upaya yang mengutuh; bersifat sirkel. Keberhasilan yang sirkel ini diperoleh melalui upaya yang sungguh-sungguh dari tahun ke tahun. Puasa yang terlaksana menyatu dengan aktivitas lain, yang sama dilakukan secara istiqamah, membuat manu­sia meningkat bobotnya, unggul, nyaris seperti orang sakti.

 

Jamaah Idul Fitri yang dirahmati Allah

Puasa yang berisi pendidikan dan latihan, mem­bina hidup yang berhasil melalui tiga tempaan utama. Yaitu (1) pendidikan akal dan pemikiran, (2) pendidikan jasmaniah dan  rohaniah, serta (3) pendidikan kalbu. Semuanya merupakan satu paket diklat, yang dibina serta dilatih melalui ibadah puasa.

Melalui pendidikan akal dan pemikiran, pada bu­lan Ramadan kita dilatih banyak merenung berbagai cip­taan Allah Swt. Dari bertadarus Al-Qur’an, forum kajian keislaman, ceramah, kita dibina ke suatu peningkatan diri.

Melalui Pendidikan jasmaniah, jasmani manusia dilatih memiliki kendali diri: agar diri hanya akan makan, minum, dan menyalurkan nafsu birahi secara terbatas yaitu se­panjang halal, baik, dan melalui saluran yang sah pada waktu yang tertentu. Sedang pendidikan rohaniah, melatih gejolak nafsu agar hanya disalurkan kepada yang menuju Allah. Nafsu yang berinti energi, rasa maunya atau kehendaknya hanya diarahkan pada yang membuat berhasil.

Sedangkan pendidikn kalbu, hati dilatih untuk banyak dzikrullah, dan menghasilkan amal-amal produktif. Aplikasinya, dari lisan dan tangan hanya diarahkan kepada yang menyelamatkan muslim lain. Sabda Rasul saw, bahwa muslim sejati adalah: Man salimal muslimuna min lisanihi wayadihi. Artinya ‘lisan dan tangannya berpe­rilaku yang menyelamatkan umat muslim (dan  makh­luk) yang lain.

 

Hadirin Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan Allah,

Makna puasa seperti dibahas ini tentu sangat relevan bagi bangsa Indonesia yang pada saat sekarang terus berbenah, membina, serta merawat NKRI ini. Memasuki era demokrasi yang di dalamnya berlangsung pesat kemajuan informasi dan teknologi; dalam banyak bidang tampak bahwa kita telah mencapai banyak kemajuan. Namun, seiring dengan kenyataan itu kita juga banyak menghadapi ujian, seperti dalam kehidupan ke­bang­saan kita di NKRI ini yang di sana-sini masih diperlukan terus berupaya memperkokoh persatuan dan kesatuan.

Bangsa Indonesia sejak proses kelahirannya menjadi negara merdeka, sudah di­takdirkan plural. Penduduk yang lahir di negeri ini, maupun yang datang dan kemu­dian mendiami NKRI ini terdiri dari manusia yang yang beragam: adat-istiadatnya, suku-sukunya, bahasa asal­nya, kediamannya, aga­ma­­nya. Kemudian mereka semua mengikatkan diri menjadi satu negara “walau berbeda- beda tetapi tetap satu” (Bhinneka Tugal Ika). Bahkan, diri kita pernah bersumbah “Bertanah air satu, Berbangsa satu, dan Berbahasa satu – yaitu Indonesia.”    

 Dengan melalui tekad, kemauan bersatu, dan kom­pak merdeka dari tahun 1945 sampai 2017 ini, maka ber­makna kita sudah berpadu untuk mendirikan NKRI men­jadi negara yang bersatu, yang padu dan kompak di atas gugusan lebih dari 15.000 pulau ini. Kondisi yang dimiliki ini mestilah kita kelola ekonominya, politiknya, keamanannya, kemakmurannya, dan keadilannya; kita rawat dengan sebaik-baiknya di masa sekarang dan masa yang akan datang; dalam suka dan duka; dalam kondisi di luar kita sedang tentram atau mengkhawatir ­–an;  sedang bekerjasama dengan kita atau hanya menguji kita dari waktu ke waktu.  

Sebagai muslim yang ditempa pelatihan puasa, so­lusi kehidupan mesti kita cari agar kita mampu keluar dari masalah yang kita hadapi, termasuk masalah kebangsaan. Dalam kehidupan berbangsa ini, kita ini sudah ditakdirkan berbangsa plural. Meski dari asal-usul bangsa indonesia ini berbeda, tatapi kita bersaudara, maka persatuan, kesatuan, dan kekompakan berbangsa mesti perlu selalu dirawat secara yang terbaik.

Dalam kehidupan berbangsa, masalah dan jalan ke­luar adalah dua hal yang berdampingan; dimana ada masalah di situ akan ada solusi. Allah Swt berfirman:

¨bÎ*sù     yìtB Ύô£ãèø9$# #·Žô£ç„ ÇÎÈ   ¨bÎ) yìtB Ύô£ãèø9$# #ZŽô£ç„ ÇÏÈ  

Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S. Alam Nasyrah/94: 5-6)

 

Pintu musyawarah dan istikharah merupakan jalan pemecahan; setiap pengambilan keputusan agar kepu­tusan yang diambil selalu membawa kemantapan hati dalam pelaksanaannya. Di sela-sela berprosesnya suatu keputusan, doa demi doa adalah pendamping kecerahan hasil keputusan baik di lingkungan keluarga, organi­sasi, maupun menyangkut kehidupan bernegara.

Dalam pada itu, Nabi Muhammad saw mengajarkan doa kepada kita untuk dibaca dalam keseharian kita, agar meng­hadapi  masalah, tetap ada jalan keluar terbaik bagi pe­nyelesaiannya. Dalam Al-Qur’an, doa dimaksud disebutkan:

Éb>§‘ ÓÍ_ù=Åz÷Šr& Ÿ@yzô‰ãB 5-ô‰Ï¹ ÓÍ_ô_̍÷zr&ur yltøƒèC 5-ô‰Ï¹ @yèô_$#ur ’Ík< `ÏB y7Rà$©! $YZ»sÜù=ߙ #ZŽÅÁ¯R ÇÑÉÈ  

 Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang meno­long (Q.S. Al-Isra’/17: 80).

Sebagai  pendamping ikhtiar, mari doa-doa kita panjatkan. Badan kita tegakkan, pandangan ditun­duk­kan, lalu tangan kita tengadahkan. Kemudian kepada Allah Swt yang Maha Mendengar, kita hadapkan semua. Kita mohon dikeluarkan dari kesempitan nasib, menuju jalan keluar nyata, yang menye-jahterakan, memak­murkan, dan membesarkan nasib negara.

 

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,

Menyadari persoalan bangsa yang saat ini didera ujian Allah Swt, dan  memperhatikan bagaimana teladan Rasul saw dalam membangun masyarakat yang damai, berpengaruh, sejahtera dan makmur, maka Idul Fitri ini adalah momentum. Kita gunakan saat ini sebagai mo­mentum peneguh keberhasilan untuk menyongsong kehidupan yang cerah dan menjanjikan.

Selanjutnya, agar Idul Fitri ini memiliki makna pencerahan terhadap kehidupan berbangsa; menjadi bulan pendidikan dan pelatihan solitip bagi hidup berbangsa dan bertanah air, maka beberapa hal berikut adalah alternatif kita. Jelasnya, ibadah Idul Fitri paling tidak kita harap melahirkan beberapa hal berikut ini.

Pertama, puasa dan Idul Fitri hari ini seyogyanya mampu melahirkan kesadaran solutif persoalan berbangsa. Persoalan bangsa Indonesia yang dihadapi saat ini, bukan sekadar kelemahan di satu bidang, melainkan lebih luas. Membangun ekonomi memang penting, te­tapi menata dan membawa bangsa ke peradaban tinggi, tetap penting realisasinya di atas pondasi iman yang kukuh, jiwa yang mantap, ilmu yang luas, serta akhlak yang karimah. Ini garapan bersama menuju Indonedia bermasa depan. Percayalah, bahwa Indonesia yang me­nyebut-nyebut “berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa” di Pembukaan UUD 1945 akan bertemu masa emas dalam waktu yang tidak terlalu lama, insya Allah.  

Kedua, puasa dan Idul Fitri harus mampu meneguhkan mentalitas. Yang banyak dibaca dan menyedot perhatian akhir-akhir ini adalah adanya pesimisme nasib ke depan. Identitas bangsa ini masih tercoreng oleh perilaku: ko­rup, carut-marut, dan beberapa predikat yang kurang me­­ng­untungkan. Istilah-istilah seperti itu, sudah saatnya dibabat habis. Karena hal itu hanya melahirkan mentalitas inferior dan tidak percaya diri.

Tidak ada untungnya kita merendahkan bangsa sen­diri. Yang benar bahwa bangsa Indonesia adalah masih beruntung: punya ribuan pulau,  samudera luas, punya aneka tambang, dan jumlah penduduknya banyak. Itulah garapan kita. Adik-adik di sekolah/madrasah, kita perlihatkan kenyataan itu. Kita dekatkan dan beri pelajaran mereka dengan bahan solusi kehidupan, untuk ditindaklanjuti dalam kebiasaan baik seperti suka bersih, memelihara, dan mengembangkan yang dimiliki.

Juga mereka kita didik banyak hal. Misalnya mengeks-plorasi yang tidak merugikan ekologi, hidup produktif berke-lanjutan, suka belajar kelebihan negara lain tanpa mengorban-kan budaya sendiri, suka mengukur kemampuan untuk maksud belajar, dan tidak jemu belajar yang terbaik bagi kemajuan ke depan. Semua mentalitas ini  disyukuri dan dijadikan modal membangun kemakmuran bersama. Puasa dan Idul Fitri de-ngan begigu akan mampu menumbuhkembangkan mentalitas.

Ketiga, Puasa dan Idul Fitri harus mampu mela-hirkan sikap sebagai manusia yang berhasil. Membangun bangsa yang berhasil, membutuhkan orang-orang yang rela berjuang dan berkorban; yang memiliki mental bahwa dirinya lebih besar dan lebih kuat dari persoalan yang dihadapi.

Keempat, kita mestilah mampu melahirkan minset bahwa keberhasilan adalah hasil kerja keras sehari ke sehari, bukan hasil kerja berjangka pendek. Puasa dan amaliah yang diurai-kan di depan, kita peroleh dari mengisi dan melaksanakan tahapan kegiatan. Melalui persiapan, lalu melaksanakan kegi-atan harian dengan tekun, sabar, dan gigih, serta mengakhi-rinya dengan berhari raya bersama. Kalau pun ada perubahan, maka perubahan itu diatasi secara setahap, kontinyu, hingga semakin lama keberhasilannya mengutuh.

Kesemua itu berlangsung sinambung dengan situasi serta kondisinya. Bahkan, kebangunan Islam sebagai generasi ter-baik pada kurun awal, dilakukan Rasul saw dari sejak memper-baiki kaum yang rusak akhlaknya, menjadi bangsa yang berbudaya, dalam waktu hari demi hari, tahun demi tahun, hingga memakan waktu 22 tahun, 9 bulan, 13 hari. Dan puasa serta Idul Fitri semestinya berhasil melahirkan suasana batin yang pandai bersyukur, tekun, sabar, dan istiqamah.

Kelima, puasa dan Idul Fitri berhasil paralel de­ngan upaya mewujudkan kehidupan yang berhasil. Dari situ, maka hidup yang benar adalah hidup dengan pegangan agama yang benar, yang realisasinya perlu didudukkan sejalan dengan pegangan hidup dasariah yang dipegangi suatu negara dengan benar. Sebab, pegangan agama dalam al-Qur’an dan hadis pada dasarnya sejalan dengan pegangan ketentuan kehidupan bernegara.

Untuk itu, sudah waktunya disiapkan realisasi hukum agama yang diktumnya paralel dengan hukum negara yang mengindahkan kondisi masyarakat dan tem­pat dimana hukum itu diberlakukan. Karena sebe­narnya antara sumber hukum wahyu dan sumber hukum kehidupan berjalan seimbang; sama untuk ke­mas­lahatan kehidupan yang berhasil. Namun, jika ber­jalan dualis menyukarkan solusi yang proporsional.

 

 

Jamaah Idul Fitri Rahimakumullah,

Mari dalam hidup ini kita selalu berikhtiar dan mohon sehat, kuat, pandai bersyukur, sabar, dan arif kepada Allah Swt sehingga kenyataan hidup sejahtera, ba-hagia, penuh ampunan Allah Swt, dan memperoleh rida-Nya dapat kita raih. Amin.

Demikianlah khutbah yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat dan berkenan di hati kita. Amin.

جَعَلَنَااللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ اْلفَائِزِيْنَ اْلامِنِيْنَ،  وَأَدْخَلَــنَا وَإِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِبَادِهِ الْمُخْلَصِيْنَ

أَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ،

$pkš‰r’¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) (#qà)­Gs? ©!$# @yèøgs† öNä3©9 $ZR$s%öèù öÏeÿs3ãƒur öNà6Ztã öNä3Ï?$t«Íh‹y™ öÏÿøótƒur öNä3s9 3 ª!$#ur rèŒ È@ôÒxÿø9$# ÉOŠÏàyèø9$#

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ ، وَنَفَعَنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ اْلآياتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَ وَتَه اِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ، اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.  وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْوَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

 

الخطبة الثانية لعيد الفطر

الله أكبر 7 ×  

الله أكبر كبيرا والحمدلله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا. لآاله الاالله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد. الحمدلله الذ ي جعل يوم عيد الفطر سعادة للمسلمين. أشهد أن لآ إله الاالله وحده لاشريك له، وأشهدان محمدا عبده ورسوله المبعوث رحمة للعالمين. أللــهم صــل وسلم وبارك على ســيدنا محمـــد وعـلى آلــه وأصحــابه والتابعين ومن تبعهم باحسان الى يوم الدين.

امابعد: فياايها الحاضرون رحمكم الله اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَــاتِه، وافعـــلوا الخـــيرات واجتنبوا عن السيئـــات. 

واعلمــوا أنّ الله تعـــالى أمـــركم بأمـــر بـــدأ فيه بنفســــه وثنى بملآئكتــه وَأَيـَّد بالمــؤمنين مـن عبــاده. فقال عز وجل من قا ئل: إ ن الله وملآئكته يصلون على النبي يآأيها الذين أمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما. أللهم صل على سيدنامحمدـ وعلى ال سيدنامحمدـ واحمنامعهم معهم برحمتك يآأرحم الراحمين والحمدلله رب العالمين .

أللهم اغفــرللمؤمنين والمؤمنات واللمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات، إنك سميع قريب مجيب الدعوات، وياقاضي الحاجات وغــا فــــر الـــذنوب والخطيئـــات انــك على كل شيئ قدير.

ربنا اغفر لنا ذنو بنا و لإخواننا الذين سبقونا  بالإيمان ولا تجعل فى قلوبنا غلاّ للذين آمنوا ربّنا إنّك رؤوف رّحيم .ربنآأتنا في الدنيا حسنة وفى الآخرة حسنة وقنا عذاب النار. 

عباد الله إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فاذكرواالله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم ولذكرالله أكبر.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *