Perjalanan Semobil Ke Bondowoso: Menghadiri Haul KH Moh Subahar
Pada pk 22.30 kami sekeluarga mengawali perjalanan panjang di atas roda 4 menuju Kota Bondowoso. Tepatnya menuju Desa Tangsil Kulon Tenggarang Bondowoso, suatu tempat dimana penulis artikel ini dilahirkan pada tahun 1956 tahun itu. Rencana perjalanan untuk menuju tempat ini benar-benar sudah direncanakan untuk dilakukan dengan sungguh-sungguh, karena anggota yang mau bepergian sudah sama kangen. Maklum, kami sudah sekitar setahun tidak berkunjung ke daerah yang dulu dikenal dengan kota tape. Mengingat karena situasinya masih sama berada di dalam suasana wabah Virus Covid 19. Dengan menaiki kendaraan Innova 2.000 CC, kami jadi berangkat, sementara kendaraan saya kendalikan sendiri sebagai supir tunggal di dalam perjalanan itu.
Berangkat Malam Tiba Siang
Perjalanan jauh menuju Bondowoso sengaja kami lakukan saat malam hari. Harapan yang sama diinginkan dengan perjalanan di cuaca yang gelap itu adalah agar kondisi dalam keadaan dingin, baik bagi penumpangnya maupun mesin dari kendaraan, serta suasananya berlangsung lebih tenang. Sambil sesekali juga mengenang peristiwa dimana Nabi saw melakukan perjalanan Israk dari Makkah ke Palestina hingga dari Palestina, dan dari Palestina itulah beliau dilanjutkan atau diangkat dalam perjalanan menuju arah atas guna diperjalanankan menuju Sidratul Muntaha yang dilakukan pada waktu malam hari itu juga. Tak ada yang sukar bagi Allah memperjalankan hamba-Nya yang telah diizinkannya untuk terjadi peristiwa itu.
Karena nyupir sendiri, maka perjalanannya hanya melintasi jalan yang memungkinkan dilakukan dengan cepat, yaktu melewati jalan tol dari Semarang hingga ke daerah Pasuruan. Karena selama ini kami sekeluarga jika berjalan menuju Jawa Timur, biasa menyempatkan mampir dulu di daerah Kraton, tempat yang bisa disinggahi kami sekeluarga, dan sudah mengenalnya dengan baik.
Kembali Bakda Maghrib Tiba Bakda Subuh
Kemudian dari Bondowoso, setelah acara Haul KH Moh Subahar dilaksanakan bakda salat Jum’at, kami kembali di waktu malam, bakda maghrib setelah sama melaksanakan shalat jamak takdim sebelumnya di Tangsil Kulon Tenggarang Bondowoso. Seperti yang dilakukan di bulan-bulan sebelumnya, dalam kunjungan kami ke daerah Jawa Timur, kami selalu mampir kepada sesepuh yang masih ada di daerah kami. Dalam hal ini, hanya tinggal adik ragil dari Ibu kami Hajah Badriyah, Sri Indiah, yaitu Bulik Hj Wuryati. Beliau saat ini sudah berusia di atas 85 tahun, satu-satunya sesepun Bondowoso, yang keturunan Kediri.
Setelah sekitar 30 menit kami berada di Blindungan Bondowoso ini, kami pamit untuk melanjutkan perjalanan pulang menuju kota Semarang.
Perjalanan kembali ke Semarang yang dilakukan pada malam hari ini alhamdulillah berlangsung lancar, sukses dalam lindungan Allah sehingga kami selamat sampai di Semarang setelah subuh. Setelah sama salat subuh, kami baru istirahat. Ya Allah, puji dan syukur, dan sujud kami semua hanya kepadamu yang telah membawa perjalanan sejauh 1056 km ini berlangsung seperti yang diinginkan (Erfan Subahar).