Pilkada: Mari Hidup di NKRI dengan Biasa Kita Memilih Pemimpin

Besok pagi, beberapa kota dan kabupaten di Indonesia akan menyelenggarakan Pilkada secara serentak. Melalui pemilihan itu, pemimpin-pemimpin pilihan rakyat yang dilakukan secara demokrastis akan dihasilkan. Bisa saja pemimpin pilihan rakyat yang dipilih itu seorang ilmuwan, tokoh agama, tokoh masyarakat, atau pengusaha yang baik. Ya terserah, sepanjang mereka punya misi membawa rakyat di negeri ini ke arah kehidupan yang lebih baik, sejahtera, terdidik, dan menjadi warganegara yang bermasa depan, mereka layak saja dipilih.

 

Pemimpin itu wajib dipilih

Dalam masyarakat yang berperikemanusiaan dan berkeadaban, keberadaan pemimpin itu suatu keniscayaan. Sebab tanpa pemimpin, maka kehidupan yang baik, tertib, berkelanjutan, dan bermasa depan sulit akan terwujud. Sudah ada pemimpinnya saja, namun suatu negara masih dalam kondisi penjajahan tidak dapat berdiri dengan benar dan baik, lebih-lebih yang tidak berpemimpin, maka tidak terbayang betapa kerumitan kita ke depan.

Dari situ, pemimpin itu harus ada dan tentu saja untuk keberadaannya melalui suatu pola pemilihan yang disepakati. Di situlah pentingnya kita hadir pada acara PILKADA Rabu besok, 9 Desember 2015, dan memilih pemimpin kita di tempat masing-masing sesuai dengan ketentuan.

 

Memilih di Pilkada itu Ibadah

Semua pekerjaan yang diridhai Allah jika dilakukan dengan niat yang benar, dengan membaca basmalah ketika memulainya maka ia tergolong ibadah. Hal itu karena memilih pemimpin itu wajib, maka menghadiri pilkada untuk menentukan pilihan kita jelas adalah pekerjaan ibadah.

Sedang mundur diri tidak melakukan sesuatu, atau golput, jelas tidak ada pahalanya. Karena ia tidak berbuat apa-apa, atau tidak melakukan sesuatu. Maka pekerjaan mengulur-ulur atau tidak melakukan sesuatu itu adalah kosong dari aktivitas, alias nol; tak ada kebaikan di dalamnya, kecuali hanya “baik” [mungkin] untuk diiri sendiri.

Dari situ, besok Rabu, hadir saja kita beramai-ramai ke Pilkada dengan membawa keputusan. Misalnya, nanti malam kita bersama keluarga sama ber-istikharah tentang siapa saja [dari tiga calon Walikota misalnya untuk Semarang) yang akan kita pilih, dimohonkan choice terbaiknya dari pilihan kita kepada Allah Swt sehingga kita memiliki kemantapan diri berkenaan dengan calon kita itu. Setelah itu silakan kita mengambil kesepakatan dengan bersama-sama melakukan pilihan kita dari setiap keluarga. Lalu, besok Rabu sesuai jam yang ditentukan kita tinggal hadir bersama keluarga, dan memilih sepuasnya calon pemimpin pilihan kita …. semoga berhasil (Erfan S).

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *