Renungan atas Ketidakpantasan
Agama mengajarkan kepada kita agar melakukan yang terbaik dalam aktivitas-aktivitas yang ditangani. Bisa jadi itu urusan pendidikan; atau urusan dakwah; atau bisa juga pada urusan ibadah; atau juga urusan keorganisasian; atau yang lain. Kesemuanya itu tetap kita tangani dengan baik, jangan sampai ada percampuran yang hak dan batil dalam menangani kegiatan.
Jadi, apapun yang ditangani mestilah dipantaskan. Semuanya diarahkan kepada hal- hal yang terbaik. Yakni benar, baik, layak, dan pantas. Itu ukuran kita dalam melaksanakan kegiatan. Dari apa yang ditangani, jangan sampai ada yang meleset dari ukuran tersebut.
Namun, dalam kehidupan, akan selalu saja ada penghalang atau penghadangnya. Tidak ada sesuatu yang berlangsung dengan hanya leesss saja tanpa ujian. Di antara ujian itu ada orang yang iri, ada yang tidak suka dengan keadaan orang lain yang makmur sementara yang lain terus terpuruk. Padahal yang makmur itupun juga memperolehnya dengan tidak selalu mudah; hanya rezeki saja yang berpihak kepada dia.
Yang pas untuk selalu digarisbawahi, bahwa ada suatu kesabaran yang harus selalu dipegangi bagi menangani suatu kehidupan. Karena mesti selalu diingat bahwa pada tingkat suatu kesulitan tertentu ada juga imbangan deri ringkat kemudahan sebagai jalan keluarnya. Maka jika masalah yang ditangani itu rumit, maka selalu ada peluang bahwa kita akan ada solusi yang memudahkan, sebagai imbangannya. Dengan begitu, tetap teguh dengan prinsip benar-baik-layak-pantas memiliki kelebihan dan jelas bisa membaca kemanfaatan dan kebaikan bagi menyelesaian tugas apapun.
Lalu mengenai adanya ketidakpantasan yang dilakukan orang kepada kita. Coba: kemas saja ia dalam sebuah “kado” lalu ditindak lanjuti. Haturkan saja ia kepada Allah Swt. Apa yang kita tersinggung adanya perilaku tidak layak itu, bisa menjadi kavling ketuhanan yang bisa diselesaikan dengan cara Tuhan sendiri, karena Allah Swt atas segala sesuatu itu sangat kuasa menyelesaikannya. Bagaimana menurut Anda (Erfan S).