Selamat Buat Doktor H Dahlan Iskan
Pada dua hari ini, masyarakat Jawa Tengah khususnya IAIN Walisongo, kedatangan tamu terhormat kita. Bapak Menteri BUMN, Dahlan Iskan. Beliau sejak Ahad sore, 7 Juli 2013, sudah berara di Hotel Gumaya, Jalan Gajahmada Semarang. Di situ, beliau mengundang para tamu untuk acara “Malam Ta’aruf Dahlan Iskan dan Keluarga dalam Rangka Penerimaan Gelar Kehormatan Doktor Hunoris Causa”. Dan pagi ini, Senin 8 Juli 2013, beliau menyampaikan Pidato Pengukuhan Gelar Dr (H.C.) di bawah promotor, Prof. Dr. H. Noor Syam, M.A., Dirjen Binbaga Islam Kemenag RI.
Diambil bersama penulis menjelang penganugerahan Dr (HC)
Siapakah sebenarnya Dahlan Iskan itu; dan apa pertimbangan terbaik sehingga untuk itu beliau berhak untuk dianugerahi gelar kehormatan berupa Doktor Hunoris Causa? merupakan sederet pertanyaan yang mungkin ada di benak kita. Sekedar informasi awal, tulisan kali ini menyuguhkan apa yang menjadi teka-teki kita tentang tokoh yang selain menteri juga masih memimpin Jawa Pos itu.
Asal Usul H Dahlan Iskan
Nama lengkapnya adalah Dahlan Iskan. Menurut penyampaian beliau sendiri pada acara Malam Ta’arruf tadi malam di Hotel Gumaya, beliau dilahirkan dari keluarga kurang berada, yang ditinggalkan oleh Ayahnya, sehingga bersama kakaknya beliau diasuh oleh Ibunya yang menghantarkan hidup para putaranya untuk berusaha keras serta menempuh ilmu di madrasah, sampai lulus Madrasah Aliyah; tingkat SLTA.
Setamat SLTA, beliau mengikuti jejak kakaknya ke Kalimantan Timur. Yaitu ke suatu Daerah Transmigrasi, sambil di situ memikirkan nasib studi beliau di tingkat perguruan tinggi. Beliau ternyata sempat menduduki kuliah selama lima semester atau dua setengah tahun di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Cabang Kalimantan Timur. Namun, sewaktu kuliah beliau beroleh keberuntungan lain di luar perkuliahan, dengan mendapatkan gadis idaman dari Kalimantan Timur, yang tak lain dari Bu Dahlan. Tadi malam, Bu Dahlan diajak beliau duet menyanyikan lagu-lagu kroncong di Hotel Gumaya, yang diiringi grup kroncong yang sudah cukup kondang di Indonesia yang berkali-kali mengadakan pentas di Mancanegara, Malaysia.
Dengan menyunting gadis kalimantan, cita-cita beliau dalam studi, berjalan sedikit tersendat. Bahkan akhirnya drop out. Tidak langsung bersambung, namun tetap berjalan di lain waktu dalam bentuk aktivitas lain dengan waktu tidak terlalu cepat. Untuk itu, Pak Dahlan, belajarnya untuk beberapa waktu tidak fokus ke kuliah formal. Beliau benar-benar mengalihkan aktivitas untuk belajar dari kehidupan. Termasuk di dalamnya, autodidak, banyak membaca sendiri sejumlah ilmu dalam buku-buku dan kehidupan nyata. Dari situ, penambahan ilmunya ditimba sambil menjadi reporter dan koresponden. Misalnya, menjadi reporter harian Mimbar Masyarakat, Samarinda (1974-1976), koresponden Tempo Kaltim, Kepala Biro Tempo di Jatim, serta The Most Reputable News Weekly Magazine in Indonesia (1975-1982). Dari sini dilanjutkan dengan menjadi editor in Chief Harian Jawa Pos (1984-2005), hingga menjadi Chairman and CEO of the Jawa Pos (1984-2005), yang darinya akhirnya memiliki lebih dari 120 surat kabar lokal di Seluruh Indonesia. Bahkan, kemudian mengembangkan usahanya hingga memiliki 30 stasiun stasiun televisi lokal, percetakan, pabrik kertas, power plant dan perusahaan perkebunan.
Sebagai orang muslim yang mukmin, belajar itu adalah berlangsung seumur hidup. Tempatnya bisa dimana saja di dalam kehidupan ini. Setelah mempersuntingkan gadis dari Kaltim itu, Dahlan memutar otak dan kemampuannya untuk betul-betul “sekolah” di dalam kehidupan. Beliau mengenyam pendidikan di Universitas Pengalaman, yang tidak pernah tama-tamat. Paling tidak, hal itulah yang diterjuni dalam hidup beliau.
Makanya tidak heran kalau selama bertahun-tahun, terutama belakangan ini, sosok Dahlan begitu mencuat ke permukaan. Dari prestasinya menerjuni profesi di jurnalistik, malang melintangnya beliau memimpin dunia pers, yang akhirnya mengepalai Jawa Pos, dan banyak lagi. Kesemuanya, membawa Dahlan mencuat ke permukaan dalam i Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.
“Tidak keliru membaca prestasi alumnus madrasah dan santri, ” itulah tanggapan penulis ketika akhirnya Bapak Presiden SBY menunjuk beliau sebagai menteri BUMN. Prestasinya begitu besar, hampir seluruh lapisan masyarakat mengenal menterinya yang benar-benar siap menguji kepemimpinannya selama menangani tugas negara di dalam kancah kehidupan nyata ini.
Tentang asal usul, termasuk pendidikannya, mungkin masih dapat disempurnakan di dalam penyempurnaan tulisan ini berikutnya. Data untuk ini nanti bisa disusulkan.
Ide dan Karya Pak Dahlan
Banyak pemikiran dari Pak Dahlan. Namun, yang menarik dari beliau adalah Dahlan banyak hadir dengan tindakan-tindakan, sehingga akhirnya IAIN Walisogo dengan cermat menangkap kelebihan Pak Dahlan ini, dengan menghubungkannya dengan dakwah bil hal. Sebab selain banyak kiprahnya di dunia nyata sebagai Menteri BUMN, beliau ternyata suka menyelipkan pikiran-pikiran cerahnya di dalam tatap mukanya di pelbagai kesempatan. Beliau biasa melakukan komunikasi yang pro aktif dan efektif. Dari itu, maka pantas kalau pagi ini, 8 Juli 2013, beliau dianugerahi gelar doktor di IAIN Walisongo di bidang komunikasi dan penyiaran.
Pemikiran-pemikiran beliau, ternyata banyak dilakukan dan diaktualkan melalui aksi atau perbuatan nyata, sehingga beliau dalam kamus akademik perguruan tinggi dapat dikategorikan sebagai sosok yang melakukan dakwah bil hal, dakwah melalui perbuatan nyata. Menurut sejumlah tamu, juga diundang hadir di Kampus III pagi ini, pemikiran atau ide-ide Pak Dahlan bisa dibaca dan di down load di Jawa Pos di setiap Senin pagi, juga dapat dibaca di blog Catatan Dahlan Iskan, dan berita-berita di Surat Kabar dan Kementerian BUMN.
Dari pemikiran yang disampaikannya di pelbagai kesempatan, maka dapat dipahami bila dari tangan beliau dihasilkan sejumlah buku, antara lain adalah:
1- Ganti Hari; yang memaparkan sekitar pengalaman yang dialami beliau; 1- Tidak ada yang Tidak Bisa; 3- Pelajaran dari Tiongkok; 4- Dua Tangis Seribu Tawa, serta 5- Manufacturing Hope Bisa.
Peranan Dalam Kehidupan
Tidak akan lengkap juga jika dalam tulisan ini akan mengungkap banyak detail tentang Dahlan Iskan. Sekedar menyebut sebagiannya, peranan beliau paling tidak terlihat dalam tiga kesempatan berikut.
Pertama, Dahlan Iskan dalam kapasitasnya sebagai menteri BUMN. Rakyat sudah menguji beliau dalam kehidupan nyata. Hampir seluruh tempat dimana mengait dengan BUMN di 30-an provinsi di Indonesia sudah beliau kunjungi dan mengenal dari dekat kiprah beliau. Tentu tidak kecil prestasi menteri, yang melihat langsung, mendengar langsung, dan merasakan langsung bidang yang digelutinya dalam pengalaman nyata secara empirik. Rakyat yang sudah pernah melihat dan menguji kriprah kementerian BUMN di bawah Pak Dahlan akan tahu dengan persis bagaimana sepak terjang beliau peran beliau selama menjadi meteri, ketika mengadakan kontak dengan perusahaan- perusahaan, pabrik-pabrik, dllnya yang sudah berhasil, yang sedang dan dibenahinya dari kolepnya. Pak Dahlan, banyak terbaca dalam kiprahnya.
Kedua, peran Dahlan Iskan selaku dosen jurnalistik atau komunikasi dan penyiaran. Dari banyak saluran informasi yang diterima, ternyata IAIN Walisongo bukan pihak yang awal yang menawarkan pemberian gelar penghormatan untuk beliau. Sungguh tepat, jika di awal sambutannya dalam acara Malam Ta’aruf tadi malam di Hotel Gumana beliau berujar, “Ada satu jawaban yang saya (kata beliau) tidak bisa menjawab: mengapa saya tidak bisa menerima pemberian penghormatan doktor honoris causa sebelum IAIN Walisongo, atau mengapa saya akhirnya menerima pemberian penghormatan doktor honoris causa ketika ditawari kampus IAIN Walisongo.” Saking sulitnya, beliau berandai- andai jawaban, “Mungkin jawabannya ada di sana, sambil menunjuk jari ke atas (alias menyerahkan sepenuhnya jawaban kepada kekuasaan-Nya,” tegas beliau. Jelasnya, dari peran kedua inilah tampaknya, IAIN Walisongo memberi penghargaan kepada tokoh di awal Juli 2013 dengan gelar doktor bagi Pak Dahlan.
Ketiga, Peran dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Menjadi rakyat yang berprestasi di kancah kehidupan berbangsa dan bernegar di samping dalam kehidupan memegang jabatan sebagai manteri, memiliki peran yang signifikan. Dari perannya yang sudah diketahui umum, baik melalui media maupun melalui terjun langsung melihat, mendengar, dan mewancarai dan diwawancarai rakyat di NKRI kita, maka sosok Dahlan Iskan adalah sosok besar yang berpengaruh yang perannya sedang merubah bangsa ini menjadi bangsa yang “besar” dari tahap ke tahap.
Akhirnya, selamat Bapak H Dahlan Iskan atas penganugenganugerahan gelar doktor hinoris causa (Dr HC). Penganugerahan ini memang pantas disandang Bapak, agar dalam melaksanakan tugas-tugas tampak membawa keyakinan dan kemantapan, di samping itu gelar ini adalah untuk memacu agar seorang muslim lebih kuat beribadah melalui aktivitasnya yang bermanfaat bagi kehidupan. (Erfan Soebahar, adalah guru besar ilmu hadis IAIN Walisongo Semarang, dan menjabat Ketua MUI Kota Semarang).