Selamat Ulang Tahun Hj. Lathifah, S.Pd.I

Seluruh keluarga mengucapkan selamat ulang tahun: kepada Ibunya; kepada eyangnya. Suami kepada isterinya. Nia (Kurnia Muhajarah), Nai (Naily Kamaliah), Nora (Norannabiela), juga Nabil (Moh Nabiel Erfan). Tak ketinggalan cucunda Rubik (Rubai’ah al-Adawiyyah), Maya (Maria Mabdaur Rahmah), Diya (Ladia Makwa), dan Ipul (Muhammad Saifulllah), juga menghaturkan selamat yang sama kepada Uti Latifah.

Memasuki usia di atas 50 tahun pada 15 Desember 2014, kita sudah tergolong manusia yang wajib banyak bersyukur. Allah Swt sudah menganugerahkan kepada kita empat orang anak yang sama sehat wal- afiyat, juga menganugerahkan empat cucu yang sama bisa berkomunikasi dengan baik, sudah bisa menyanyi dan bersenda gurau di rumah dan di kalangan banyak famili kita, dan para tetangga kita. Selain  sudah bisa memanggil Uti, kepada eyang puterinya, mereka sudah bisa kita ajari melakukan apa yang kita mau; diajari berbakti kepada orang tua, ketika kita salat cucup kita beri contoh baik mereka pun telah memotret salat kita. Kesyukuran semakin perlu ditujukan kepada Allah. Ya syahid; kita dianugerahi keturunan, semoga mereka semua bisa berbakti kepada Allah dan Rasul-Nya, kepada kedua orang tua, keluraga dan semoga ke depan juga bagi negara tercinta.

Untuk mempermantap layanan

Sebenarnya usia lanjut, adalah usia bagi mempermantap layanan kita. Layanan kepada Pencipta dan Rasul-Nya yang telah menunjukkan kepada kita kepada jalan yang benar untuk ditempuh dan dijalani dalam abdi diri. Yang telah membimbing kita ke jalan baik, melalui waktu demi waktu kita menjadi umat yang diberi kekuatan memikul amanah.

Ngaliyan-20130805-00407-1-1-1

    Foto menjelang akhir tahun 2013

Sisa usia kita inilah senjata untuk terus bisa hidup di dunia. Adinda, telah bersama kanda menempa hidup di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Bahkan, telah dua tahun pernah mengabdi di Malaysia, sehingga melahirkan anak kita yang pertama.

Anak kita pun telah mulai menyebarkan manfaatnya di tempat lain. Anak nomor satu, telah berani mengajar di perguruan tinggi dan anak santri.  Anak nomor dua, telah menyebar ilmunya di Bogor sana. Di LIPI tempatnya mengabdi, bukan hanya statistik yang ditebar, melainkan juga melatih banyak orang menjadi pintar, dari kalangan awam sampai juga kalangan pejabat. Eeh, mereka ternyata bisa juga. Suaminya, yang banyak melek informatika, telah menyebarkan manfaat ilmunya di Jabar dan Jatim, hingga Jakarta. Sementara yang ketiga dan keempat, sudah sama menyebarkan ilmunya di seputar kawan dan masyarakat sejak mulai berani menangani ngaji, juga ilmu yang ditempuhnya di bangku sekolah dan kemudian kuliah.

Hiduplah terus tegar

Adinda, teruslah di usia yang ke-55 ini, hidup berjuang kita.  Jangan mudah loyo oleh ujian sakit. Sebab sakit itu, sering merupakan Cara Allah mengingatkan hamba kepada-Nya, yang ketika diberi usia lebih terkadang lalai beristighfar. Kadang terlalu banyak mengeluh, karena urang yang mestinya diterima tidak juga keluar-keluar, karana pada pejabat di atas kita yang diberi amanah, tidak langsung meloloskannya, sebab ada sektor lain yang perlu ditangani lebih dahulu sebelum kita.

Maka, apapun yang kita hadapi di setiap hari hari kita, baiknya kita syukuri saja. Baik itu pahit atau juga manis. Karena sering yang pahit itu tidak benar-benar pahit yang memayahkan, melainkan ia bisa jadi adalah obat yang mestinya kita minum tetapi lalai tidak kita minum, yang sebenarnya akan menjadikan kita sehat dengan obat itu. Manispun, kalau berlebihan sering malah menjadikan gambaran penyakit, yang kadang menggerogoti badan, yang pelan-pelan bisa mematikan. Pada pahit dan manis, menantang kebijakan kita dengan bersyukur, untuk dikonsumsi hanya yang seperlunya. Sepanjang dibutuhkan dan pas untuk keperluan badan kita.

Tekad Baru

Kesyukuran di masa usia kita sekarang, tampaknya perlu disertai tekad. Kita perlu bertekad, bahwa sudahlah kita ini menganggap cukup apa saja yang Allah telah anugerahkan apapun kepada kita. Dan, untuk selebihnya, kita perlu banyak mencurahkan dari abdi kita kepada orang lain yang ada di sekitar kita, di wilayah kita, di Indonesia. Bahkan juga dunia ini, semoga usia kita memiliki manfaat, untuk bekal hidup di dunia ini dan di akhirat nanti. Kita semoga dijauhkan oleh Allah dari hidup mengeluh, yang selalu haus. Berganti selalu cukup, dapat menambah mengabdi bagi sesama. Dari yang mengasihimu: Erfan Soebahar, ayah empat anak dan cucu kita (Erf).

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *