Silaturahmi Ke Rumah Pak Djaelani SU Guru SD Negeri Kami
Guru yang baik biasanya mempunyai jejak yang berisi kenangan baik. Jika guru kami dulu pernah menyempatkan singgah ke rumah keluarga kami di Semarang, maka pada hari Selasa 27 Juni 2017, saya sekeluarga untuk kedua kalinya menyempatkan bersilaturahmi ke rumah Bapak Guru kami, Pak Djaelani. Yakni ke rumah guru SD kami dahulu pada tahun 1988-1989. Pada masa itu, selain menangani tugas sebagai guru, beliau juga menjabat Kepala Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tenggarang Bondowoso untuk pagi hingga siang hari. Sedang siang hingga sore hari, guru atau ustadz kami adalah Kiai Mohamad Soebahar, yang mendidik kami di sekolah yang bermula diniyah hingga menjadi Madrasah Ibtidaiyah Zainul Habar atau Bahrul Ulum Tangsil Kulon Bondowoso.
Pak Guru Djaelani SU (putera Bapak Siswo Utomo), menurut penuturan Paklik Ahmad Isnain, kawan Akrab beliau, pernah menyampaikan keterkesanan beliau mengenai salah seorang muridnya. Menurut yang disampaikan Paklik Isnain, beliau pernah menyampaikan keterkesanan atas kondisi murdnya, yang sekarang berdomisili di Semarang, yang disebut-sebut beliau sedang guru besar. “Benarkah ya murid kami yang dulu pernah menjadi murid kami yang banyak bisa macam-macam ilmu dan prigel di kelas itu sekarang (tahun 2010) benar telah menjadi seorang guru besar di suatu perguruan tinggi di Jawa Tengah?” tanyanya kepada Paklik A Isnain Muchtar, yang tinggal di Jalan Yos Sudarso No. 145 Bondowoso itu.
Para murid SD di zaman kami 1968-an itu banyak yang terkesan pada guru yang satu ini. Guru kami ini, yang dikenal dengan sifat-sifat arif dalam mendidik dan yang sering tampil dalam sosol yang disebut teladan. “Guru kami yang selalu tampil dengan rambut pendek, tersisir rapi, dan tegak ketika berjalan, selain prigel dalam mengajar, beliau pandai menyanyi, dan mudah menyapa ramah dan mudah menyambut ketika disapa di dalam tampilan sehari-hari.” Ciri khas seperti itulah yang menjadi kan kenangan yang mengesan dari guru yang satu ini.
Dan di luar yang kami duga, beliau ternyata juga memiliki kesan kepada muridnya. Selain mengengang ketekunan dan kemajuan muridnya di bangku sekolah dulu, beliau selalu pendidik juga memperhatikan terus kehidupan dunia akademik dan kemasyarakatan dari sang murid di masa kemudiannya. Rupanya, bagi beliau, kenangan masa lalu tidak mudah begitu saja lapas dari ingatanya.
Dari situ, tidaklah heran jika keakraban kami terhadap beliau berkembang terus secara sinambung, yang akhirnya diketahui juga oleh istri hingga anak dan cucu kami yang ada di Semarang pada waktu sekarang. Kenangannya berkelanjutan terus hingga kami sudah membina rumah tangga beranak-cucu Bani H Moh Erfan Soebahar, yang menjadi nama bagi web yang kami bina terus hari ke hari pada tahun 2016 ini hingga kapapun kami dianugerahi kemampuan menikmati hidup di dunia yang bersambung dengan akhirat. Subhanallah, kepada-Mu kami memuji dan bersyukur ya Rabb; La Syarikalah (Erf).