Hadis Ke-4b Tentang Tingkah Laku Terpuji dan Tercela (2)
Dua Ketegori Tingkah Laku
Dari nukilan hadis-hadis mengenai tingkah laku sebelumnya, dapat dipahami ada dua kategori tingkah laku manusia di dalam kehidupan, yaitu tingkah laku terpuji dan tingkah laku tercela. Paparan enam buah hadis di atas juga menunjukkan, paling tidak ada enam macam tingkah laku dalam kehidupan, yang dapat diklasifikasikan kepada dua kategori hadis. Semuanya dapat dilihat dari tabel sebagai berikut ini.
No |
Tingkah Laku Terpuji |
Tingkah Laku Tercela |
Keterangan |
1. |
Perbuatan yang baik |
Berburuk sangka |
— |
2. |
Jujur |
Tertib di jalan |
— |
3. |
Berbuat baik dengan tetangga |
Ghibah dan buhtan |
— |
Sebelum menjelaskan secara detail rincian tingkah laku dalam tabel hadis di atas, disinggung terlebih dahulu apa pengertian akhlak itu. Akhlak adalah perilaku dari manusia, yang terungkap dari lisan, gerak-gerik tubuh atau perbuatan, hingga perbuatan diam kita. Semua tindak-tanduk dimaksud, terutama yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis disebutlah dengan istilah akhlak. Akhlak terpuji, adalah penerapan dari akhlak yang baik, yang terwujud dalam bentuk sikap, tutur kata, dan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran islam. Akhlak terpuji dilakukan dalam hubungan yang tertuju kepada Allah swt bisa terjelma dalam bentuk ibadah yang dilakukan berdasar petunjuk dari Rasul saw dari ajaran-ajarannya, serta kepada lingkungan baik kepada sesama manusia dengan selalu bersikap baik, maupun kepala lingkungan kita.
Menjadi manusia yang berakhlak mulia bukan merupakan proses yang diperoleh secara otomatis, melainkan mesti melalui proses penyadaran dan pelatihan atau pembiasaan. Dari situ, orang yang akan menjadi manusia yang berakhlak baik, mesti melalui proses kesadaran diri untuk tahu mengenai tingkah laku baik dengan kesadarannya, lalu setelah sadar tingkah laku itu yang diketahui baik itu dilakukan dari waktu ke waktu melalui pembiasaan diri dalam perilaku baik yang dibiasakannya. Tentu proses pembiasaan yang akhirnya menjadi perilaku yang otomatis menyatu dari kesadaran diri itulah yang kemudian dikenal dengan akhlak. Dan dalam rangka mewujudkan yang demikian itulah, Nabi Muhammad saw diutus, seperti yang beliau sebut sendiri di dalam salah satu sabda beliau:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْاَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk memperbaiki akhlak yang mulia”(H.R. Imam Ahmad dari Abi Hurairah).
Tingkah Laku Terpuji
1. Perilaku Baik
Akhlak adalah cermin dari sisi hati seseorang. Artinya, ketika seseorang berakhlak baik (al-Birr) berarti ia memiliki hati yang bersih dan jernih. Sedangkan orang yang memiliki akhlak buruk, maka itu pantulan dari hati yang kotor atau suram, sehingga akan membawa kerusakan baik bagi dirinya maupun lingkungan sekitarnya. Untuk itu, maka memiliki akhlak yang baik adalah hal yang sangat penting, Karena dimana berada, dirinya akan di senangi siapa pun, yang tak lain dari pantulan dari akhlak baik dirinya.
Dari situ, orang yang berakhlak baik di dalam hidup ini berbuah : mudah bergaul bagi diri dan orang lain dalam rangka mencapai apa yang diinginkan, disuka dalam pergaulan, berjiwa tenteram, dan mudah mendapat ridha Allah dan rasul-Nya.
2. Perilaku Jujur
Yang dimaksud dengan jujur adalah benar, yaitu kesesuaian antara perkataan dan kenyataan atau i’tikad yang ada di dalam hati. Perilaku jujur tidak hanya diwujudkan dalam ucapan tetapi juga dalam hati dan juga dalam setiap tingkah laku dan perbuatan kita. Bahkan untuk hal yang sekecil apapun dari setiap aspek kehidupan, kita diminta berlaku jujur. Benarnya perkataan akan membawa dampak pada kebenaran perbuatan dan kebaikan di dalam seluruh tindakan.
Jika seseorang selalu berkata dan berbuat yang benar, maka cahaya kebenaran itu akan memancar ke dalam lubuk hati dan pikiran. Kejujuran ialah ketenangan hati, artinya orang yang berkata jujur dalam hidupnya akan selalu merasa tenang, karena ia sudah menyampaikan apa yang sesuai dengan realita dengan tanpa merasa ragu, karena ia yakin bahwa semua apa yang dilakukannya benar.
Kejujuran merupakan pondasi yang mendasari iman seseorang, karena sesungguhnya iman itu adalah membenarkan dalam hati akan adanya Allah. Jika dari hal yang kecil saja ia sudah terlatih untuk jujur maka untuk urusan yang lebih besar ia pun terbiasa untuk jujur.
Menjadi orang jujur atau sebaliknya pendusta merupakan pilihan bagi setiap orang, dan tiap-tiap pilihan memiliki konsekuensi. Bagi orang yang memilih menjalani hidup dengan jujur dalam segala aspek kehidupan, ia akan memiliki citra yang baik di mata orang-orang yang mengenalnya. Ketika orang selalu berkata jujur dan berbuat benar, maka akan diterima ucapannya di hadapan orang-orang dan diterima kesaksiannya di hadapan para hakim serta disenangi pembicaraanya. Sebaliknya, mereka yang selalu berlaku dusta dalam hidupnya, maka ia tidak akan memliki pandangan yang baik oleh orang-orang yang ada di sekitarnya.
3. Berbuat baik dengan tetangga
Dalam hadis riwayat al-Bukhari, Rasul saw menyatakan tiga perilaku yang menjadi tuntutan keimanan seseorang kepada Allah dan hari akhir yakni: Memuliakan tamu, berbuat baik kepada tetangga, serta berkata baik atau diam. Pertama, memuliakan tamu. Memuliakan tamu adalah menyambut baik, menampakkan keriangan diri atas kehadiran dan sajian jamuan terbaik. Bila anda orang kaya dan tamu miskin tetap diulurkan pertolongan. Ketika berpisah maka kita tetap berbuat baik sebagaimana ketika menyambut. Di kenal dalam ajaran Islam, bahwa menjamu tamu adalah sampai tiga hari, sedang selebih dari waktu itu adalah sedekah.
Kedua, berbuat baik kepada tetangga. Orang yang berdekatan atau di kanan kiri rumah kita adalah tetangga kita, bisa saja orang muslim, orang kafir, orang yang rajin ibadah atau yang lainnya. Adapun berbuat baik terhadap tetangga adalah dalam bentuk kebaikan apa saja yang dalam kemampuan kita. Bila tetangga meminta bantuan maka kita penuhi, seperti bila ia sakit maka jenguklah dan bila ia terkena musibah maka hiburlah. Di sini, berbuat baik kepada tentangga dituntut kita menahan diri dari perbuatan yang dapat menyakitkan mereka. Ketiga, berkata baik atau bersikap diam. Kebahagiaan dan kenistaan seseorang adalah di ujung lidahnya. Bila ia mengurung lisannya dalam bingkai kebaikan maka ia dapatkan kebaikan lisannya dan bila ia keluar dari bingkai kebaikan maka ia akan terseret ke dalam kenistaan dan akan tersungkur ke dalam jurang derita yang dalam. Dalam hadis, kita diperintah memilih satu pilihan dari dua hal: berucap yang baik atau kalau tidak begitu kita diam yaitu menahan lisan, karena menahan untuk tidak berbicara ini (diam) adalah sikap yang lebih menyelamatkan.
Tingkah Laku Tercela
Jika tingkah laku terpuji setidaknya dapat kita mengambil contoh tiga kelompok perilaku, maka dalam tingkah laku tercela dapat juga dilihat contohnya dalam tiga perilaku yang berikut ini.
1. Perilaku berburuk sangka
Persaudaraan menjadi kata kunci dari pesan Rasul saw dalam hadis. Dalam membina dan menjaga keutuhan persaudaraan, kita mesti menjauhi perilaku berprasangka buruk dengan mencari-cari kesalahan orang lain, memata-matai, saling iri, dan benci satu dengan yang lain. Jika kita tidak bisa menjauhi apa yang sudah digariskan Rasul saw di atas, maka yang tersisa adalah permusuhan dan saling membenci antara satu dengan yang lain. Perilaku ini jelas awal dari bencana keretakan, ketidak rukunan dan hilangnya harmoni di dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
2. Duduk-duduk di tepi jalan
Selanjutnya termasuk dalam tingkah laku tercela adalah larangan keras duduk-duduk di pinggir jalan. Sebab biasa duduk-duduk seperti itu adalah memudahkan terjadinya perilaku dalam sejumlah sifat setan. Rasul saw dalam hadis lain menyebutnya sebagai beberapa jalan sifat setan yang mendekatkan pelakunya ke neraka.
فَإِنَّهَا سَبِيلٌ مِنْ سُبُلِ الشَّيْطَانِ أَوِ النَّارِ
“Sesungguhnya duduk-duduk di tepi jalanan adalah salah satu dari jalan-jalan godaan setan atau neraka”.
Jelasnya, Itu alasan argumen naqli kenapa Nabi Saw melarang kita duduk di tepi jalanan atau tempat yang semisal itu. Faktor dibolehkannya duduk di pinggir jalan, dengan catatan khusus, harus menunaikan hak-hak jalan yang melalui jalan tersebut sebagai syarat pembolehan. Misalnya, jika memang duduk di jalan itu tidak bisa ditinggalkan, maka wajiblah kita memenuhi hak-hak orang lain yang melewati mereka, yaitu pertama, dapat menundukkan pandangan dari manthelengi para wanita yang bukan mahramnya yang melewati tempat itu. Kedua, tidak mengganggu orang yang lalu lalang dengan ucapan maupun perbuatan. Ketiga, menjawab salam. Keempat, memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan munkar.
3. Perilaku ghibah dan buhtan.
Ghibah adalah aktivitas menyebut-nyebut orang lain dengan sesuatu yang ia benci, baik tentang fisik maupun sifat-sifa. Maka setiap kalimat yang kita ucapkan sementara ada orang lain yang membencinya, jika ia tahu kita mengatakan demikian maka itulah yang disebut dengan ghibah. Sedang jika sesuatu yang kita sebut itu ternyata tidak ada pada dirinya, berarti kita telah melakukan dua kejelekan sekaligus yaitu ghibah dan sekaligus buhtan (dusta).
Demikian perbuatan yang terpuji dan tercela, sebagai aktivitas berlawanan di dalam kehidupan yang mesti kita perhatikan dalam akhlak Islam. Akhlak terpuji untuk dilakukan, sedang akhlak yang tercela untuk kita tinggalkan (Erfan Subahar).