Tipu Daya Setan

 Artikel ini pernah dimuat sebagiannya dalam salah satu media di Jawa Tengah; karena banyak yang memintanya lengkap, maka baiklah di sini saya muat seluruhnya. Erf

Ada hal penting yang tidak pada tempatnya dilewati bagi penyelamatan amal-amal baik. Tipu daya setan, itulah ia biasa disebut. Setan, dimaklumi umum telah mendapatkan izin Tuhan untuk menggoda manusia dengan tipu dayanya, agar anak Adam terjerumus ke dalam kesesatan. Amal-amal baik yang dikerjakan bisa saja banyak, boleh berlimpah. Tetapi jika tidak hati-hati dan diselamatkan dari tipuan yang satu ini, akan terseret ke jurang kepunahan.

Anak Adam, tanpa kecuali, pada waktunya akan terkena tipu daya setan. Ketika solat, ketika diam di rumah dan keluarga, ketika berwudu, ketika di pasar bahkan kekika di kantor. Bisikan sering tidak terasa, namun cukup berdaya.

Orang yang berbekal iman tipis, yang tak mau berjuang terus menebalkan imannya, akan bisa menjadi bulan-bulanan setan. Namun, lain waktu ustadz pun bisa terperangkap dari tipuan jika tidak hati-hati dari dalam menyiasati bujuk rayu setan.

Bahkan yang sekelas terakhir inilah yang terus diincar dengan tipuan halusnya. Tak terkecuali deretan pemuka lainnya. Sejumlah trik dicoba setan yang dapat menyebabkan orang saleh tersungkur dibuatnya.

Akan dibuat tak berdaya, bila godaan setan itu kita abaikan. Sebab, bentuknya bukan hanya yang terang-terangan yang membobolkan orang umum, namun tipuan halus yang sering mulus: menggoda kemaksiatan dengan dalih ketaatan yang berikut.

Aneka Tipuan

Ada sejumlah trik tipudaya setan yang bisa direkam dari sejumlah pengalaman kehidupan. Pengaruhnya begitu halus, sering mnyebabkan yang tertipu dibuat tidak percaya,  tahu-tahu sudah terperangkap di dalam kesesatan. Berikut kita rekam 10 tipuan setan, bekal  renungan 10 akhir Puasa Ramadan dan bekal peningkatan setelah puasa:

Pertama, setan memperdayakan lelaki kepada wanita melalui rasa sayang kepadanya. Prosesnya, memperdayakan seseorang dengan kenikmatan dunia, melalui kecenderungan di saat berkecimpung di dalam hiruk pikuk urusan kenikmatan ini. Kelihaiannya menelusup dengan cerdik lewat pergaulan yang berbau “harum” menolong dengan rasa sayang, bisa sulit lepas dari ujian selingkuh. Bisa tak hanya sekali, tapi terjerumus mulus.

Kedua, memperdaya seseorang untuk mempergauli orang-orang jahat dengan dalih untuk memberi mereka hidayah. Awalnya, sebagai kawan dengan kokoh iman. Beberapa waktu berlalu, menemui ujian tapi bisa lulus melenggang; selamat. Tatapi, orang jahat biasanya punya jurus pemungkas untuk menularkan nafsu jahatnya. Ibarat kisah pembunuh katak di baskom, ia tidak akan langsung dimatikan dengan guyuran air mendidih, tapi dimatikan perlahan: sejak kadar air yang suam-suam kuku sampai si katak terlena dan tak berdaya dengan panas air yang mematikan. Begitulah setan, menjerumuskan balik orang yang mulanya bermaksud menawarkan kebaikan, akhirnya terkulai lemas disiasat setan.

Selanjutnya, memperdaya secara terang-terangan untuk memfonis seseorang atau golongan tertentu sebagai musuh agama dengan dalih amar ma’ruf nahy mungkar. Dengan mudah dalam dakwahnya ia mengkafirkan seseorang, atau menuduhnya munafik, atau bahkan syirik, sehingga membuat yang tertuduh tak mampu berkelit. Padahal, bisa jadi imannya teguh sayang ketika itu ia apes sehingga secara zhahiri dibuat tak berdaya.

Berikutnya, memperdaya untuk memecah belah persatuan sebuah kelompok  dengan dalih demi menegakkan kebenaran. Di sini ada remang-remang, antara menegakkan aturan yang dipegangi dengan pengrusakan. Idealnya, persatuan dalam suatu kelompok adalah berupaya untuk menuju sebuah tujuan yang disepakati di dalam kebaikan. Namun, setan sangat lihai dalam triknya, sehingga tangan yang memegang otoritas dibuat tidak berdaya untuk akhirnya membuat keputusan yang mencelakakan. Devide at impera, kerap diguna-kan setan untuk memecah kekuatan bagi melumpuhkan kekuatan yang kuat tanpa kendali nafsu yang memadahi untuk tetap tegak memperkokoh cita-cita kelompoknya.

Kelima, menggoda seseorang untuk meninggalkan kewajiban memperbaiki masya- rakat dengan trik cukuplah hanya memperbaiki diri sendiri, sehingga menjadi terlena dan bersibuk dengan diri sendiri. Kerjanya cukup dengan bersibuk bagi diri dan keluarganya di rumah, cuek dengan kondisi lingkungan. Kesalihannya sudah difokuskan ke aspek indivi-dual, dan dibiarkannya yang berdimensi sosial.

Selanjutnya, menggoda untuk meninggalkan semangat bekerja dengan dalih semua rizki telah ada dalam qadha dan qadar Allah. Padahal nyata-nyata Nabi saw menegaskan, “bahwa Allah sangat menyukai hamba, jika melalukan sesuatu diiringinya dengan kerja sepenuh kesungguhan.” Sabda Nabi saw ini, menyuruh pentingnya semangat yang menya-la-nyala bagi dihasilkannya prestasi kerja yang optimal, bukan mengenai sekedar pasrah pada goresan nasib.

Ketujuh, setan menggoda seseorang untuk meninggalkan semangat mencari ilmu dengan cara terlalu menyibukkan dalam beribadah. Bagi seorang auliya, hidup beribadah memang dunianya karena bekal ilmunya sudah tak diragukan. Namun, tidak demikian bagi orang yang bidang ilmunya tak seberapa cukup, namun menghabiskan waktu untuk ibadah secara menyendiri. Padahal, seorang muslim tulen tak pernah tamat kewajiban untuk tetap bersemangat dalam menambah ilmu, karena rata-rata kita diberi ilmu Tuhan hanya sedikit. Maka semangat belajar tetap mesti dipacu: tidak mesti belajarnya untuk menjadi orang bergelar, melainkan untuk memiliki ilmu betapapun sederhananya.

Juga, menggoda seseorang untuk meninggalkan sunnah dengan cara hanya mencukup kan diri dengan mengikuti orang-orang yang shalih. Mengikuti jejak orang-orang shalih, bukan perbuatan yang terlarang, sepanjang kehidupannya tetap ke sumber ajaran yang benar yaitu Al-Kitab dan al-Sunnah, dua sumber ajaran kebenaran agama.

Demikian pula, menggoda seseorang untuk berbuat semena-mena terhadap masyara-kat dengan dalih dirinyalah yang akan mempertanggungjawabkan kepada Allah dan sejarah. Godaan ini sangat menantang kepada yang ditampuk kepemimpinan, tak terkecuali pemimpin bidang keagamaan. Ruwetnya urusan karena banyak bersumber dari tak terkendalikannya akhlak seseorang, yang kerap dipertahankan padahal dirinya tengah dalam kekuasaan.

Kesepuluh, setan menggoda seseorang untuk berbuat zhalim dengan dalih ingin menyayangi orang-orang yang dizhalimi. Dua hal yang kontras, yang empuk dalam genggaman setan. Ada unsur pilih kasih dalam menyelesaikan suatu pertikaian; mengasihi yang dizhalimi dan namun berbuat aniaya kepada yang menzhalimi; padahal mestinya berbuat seimbang/adil bagi keduanya. Misalnya, mestinya ia berlaku menolong secara seimbang kepada kedua pihak yang sama akan berbuat zhalim. Rasul saw menyuruh, unshur akhaaka zhaaliman aw mazhluuman, “tolonglah saudaramu yang berbuat zalim dan yang dizalimi.” Solusinya: yang menzalimi itu, kata Nabi, ta’khuz fauqa yadaik, “engkau gagalkan dari upaya menzalimi itu.”

***

Tipuan licik setan di atas layak menja warning, agar kita siap membuat siasat pemungkas  tatkala tipu daya setan datang menghadang. Karena modus tipu dayanya bukan hanya yang konkret melainkan juga ke bidang aktifitas abstrak yang berpautan dengan tugas penyandang kearifan.

Namun, dengan kewaspadaan harian dengan ikhtiar dan doa, tipuan setan jenis apapun akan dapat kita tangkal. Setan hanya penyiasat lewat tipuan, keprimaan sikap kitalah yang akan membawa keselamatan dalam beriman menuju ridha Allah, begitu bukan?

Tags :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *