Memaksimalkan Ikhtiar dan Doa Untuk Keberhasilan (1)
Ikhtiar maksimal untuk membawa seseorang ke pintu keberhasilan di dalam kehidupan agar betul-betul bisa dicapai perlu diberi penekanan yang semestinya. Tidak cukup hanya sekadar berikhtiar dengan asal berjalan tanpa kontrol dan evaluasi keberhasilanya. Ketena ikhtiar demikian, tidak berdiri sendiri bagi memaksimalitasnya. Melainkan mesti diiringi dengan cara-cara lain yang dibimbing oleh agama bagi memperolehnya, yang kita kenal dengan iringan doa yang dilakukan secara istikamah doa. Maka di bawah ini, ikhtiar maksimal dan iringan doa yang istikamahah akan dibahas dalam dua kali pembahasan.
Ajaran tentang Ikhtiar
Ajaran atau konsep ikhtiar adalah konsepsi atau teori berkenaan dengan berkenaan dengan usaha dan sekaligus berbuat melakukan sesuatu di dalam hidup ini yang dilakukan dari sehari ke sehari secara tetap atau semakin meningkat untuk mencapai suatu tujuan, yang membawa seseorang ke arah keberhasilan. Di sini sifat berusaha yang diaktualkan dalam bentuk berbuat atau bergerak untuk mencapainya, merupakan hal yang benar-benar ditekankan. Bila tidak berusaha dan tidak berbuat atau tidak bergerak, maka belum dinyatakan sebagai telah berbuat atau berikhtiar.
Menginginkan sesuatu namun di dalam realitasnya tidak diikuti dengan berbuat dan bergerak untuk mencapainya seperti hanya dengan cukup diam saja atau terserah saja, maka itu biasa disebut dengan diam atau fatalis, atau pasrah saja.
Biasanya ajaran ikhtiar, diseringkan dengan tawakkal. Terutama, ajaran tawakkal yang sudah didahului dengan membuat usaha yang direalisasi kan dalam bentu aktivitas atau kerja sungguh-sungguh atau kerja keras merealisasikannya, setelah itu baru melakukan pasrah kepada Allah Swt.
Nah, sifat beraktivitas dulu yang diiringi dengan usaha sungguh-sungguh dengan segala kemampuan/usaha keras yang lalu diiringi dengan kepasrahan kepada yang di atas kita, yang menggenggam kemampuan diri kita, Yang Maha Memberi sifat ikhtiar kita, itulah yang dikenal dengan nama atau sebutan bertawakkal.
Jadi, pada ajaran atau konsep atau teori yang disebut tawakkal, sudah ada atau didahului dengan perbuatan atau gerakan atau aktivitas sebelumnya dalam upaya meraih suatu tujuan. Dan setelah dilakukan secara maksimal, baru diserahkan kepada yang MENGGENGGAM kita, itulah tawakkal. Singkat kata, itulah yang disebut dengan tawakkal yang benar di dalam ajaran agama Islam.
Penerapan Ikhtiar
Dari ajaran ikhtiar di atas dapat dimengerti bila ketika diterapkan dalam kenyataan, ikhtiar itu minimal mencakup dua hal yaitu ikhtiar yang bersifat fisik/badanial/material dan ikhtiar yang rukhiyah/spiritual/tidak kasat mata.
Pada ikhtiar jenis pertama, mencari kebutuhan hidup dan kebutuhan badan sehat dan aman adalah termasuk bagian ini. Walau dalam beberapa hal ada aspek rukhaniahnya, bagian yang pertama ini begitu tampak. Bertugas sebagai pegawai, karjawan, bisnis, transportasi, jual beli, dan banyak aktivitas jasa adalah termasuk jenis ini. Seseorang yang sehari-hari bekerja ke luar rumah, atau berkreasi dengan sungguh-sungguh dari rumah dengan mengeluarkan keringat, adalah yang suatu yang tampak dari apa yang disbut memenuhi kebutuhan ikhtiar yang materian. Dan sejalan dengan itu, keadaan fisik yang bekerja keras lalu tiba-tiba menjadi capek lalu dicarikan solusinya supaya sehat. Atau yang nyata-nyata begitgu loyo sehingga perlu disupport dengan upaya yang bersifat memulihkan diri bagi keadaan sehat. Atau memang disiapkan kebutuhan preventifnya agar tubuh benar-benar sehat dengan perawatan yang teratur, maka itu disebut ikhtiar sehat berkenaan dengan badan kita.
Dan jika usaha itu, masih diimbangi dengan perhatian kuat berupa selalu menjaga rumah dengan mengunci jendela, pintu, almari-almari rumah, tatkala kita meninggalkan rumah untuk bekerja seperti di atas, maka ini yang dikenal luas sebagai ikhtiar keselamatan yang jika lebih dari sekadar itu sehingga diperoleh keamanan, maka disebutkan dengan ikhtiar keamanan dan pengamanan.
Ikhtiar Maksimal yang Berhasil
Dari ikhtiar maksimal, selain hal itu banyak menyebabkan benar-benar usaha kita berhasil, ada hal-hal yang dirasakan kurang dalam diri kita dalam kaitan denan keberhasilan maksimal. Misalnya sering diri ini dalam kondisi stress yang berkelanjutan, sering menderita kepankan padahal kebutuhan vitamin dan nutrisi sudah dipenuhi, juga kadang-kadang tiba-tiba mengalami sakit yang selain terkena sakit biasa ada juga yang lebih parah bahkan sangat memalukan. Apalagi hal-hal ini. Nah, dalam hal ini, solusi wirida dan doa tidak bisa disepelekan dalam proses pencapaian ikhriar di dalam kehidupan ini. Periksa uraian lanjutan besok ………. (Erfan Subahar).