Pak Mawi dan Ibu Tianah, Akhirnya Jadi Berangkat Haji Tahun 2016
Berangkat ibadah haji, merupakan kewajiban bagi segenap muslim. Mereka yang sudah mengiktikadkan diri sebagai seorang yang beragama Islam, cepat atau lambat akan datang dalam kesadaran untuk dapat berangkat beribadah haji ke Baitullah atau Haramain, Makkah dan Madinah. Mekkah dan Madinah menjadi keinginan tiap pribadi muslim yang taat pada agamanya.
Ibu Ti’anah, menyadari itu jauh-jauh hari sebelum suaminya. Di dalam diri Ibu Ti’anah, sudah siap benar keinginannya untuk pada waktunya menjalankan ibadah haji yang menjadi kewajiban itu. Awalnya, dia ingin demi ingin duluan. Pada saat ingin pertama itu, dia menyampaikan kepada suaminya, tetapi suaminya tidak merespon.
Akan tetapi situasi berkembang. Sesekali, keinginan hajinya dalam pelbagai situasi yang mungkin, disampaikan sekali atau dua kali, hingga beberapa kali kepada sang suami.
Awalnya, suaminya tidak mau. Dia tentu punya alasan dengan ketidak-mauannya itu. Entah, kemudian wirid dan doa apa yang dikemukakan kepada Bapak Mawi, kok akhirnya Pak Mawi mau juga datang ke Baitullah, asal dalam pendaftarannya yang terlambat itu mau istrinya mundur waktu.
Alasannya ringan. “Aku orang pinter ngaji, ora pinter moco dunga, orang kaya kue,” gumamnya. Namun, gumamnya yang terakhir ini rupanya serius.
“Kalau mauku yang ing kamu turuti,” tegurnya, “maka aku akan punya jawaban penentu untukmu bersamaku,” lanjutnya.
“Apa yang diucapkan Pak Mawi terakhir ini rupanya benar-benar menjadi sungguhan.”
“Aku kan wong Islam pisan. Aku ya pada kepingin ke Baitullah, tapi berangkat ora dewe-dewe – tapi bareng suami istri.”
Akhirnya Ibu Ti’anah, berangkat ke haji pada tahun 2016 bersama suaminya. Diapun dia mau mundur dua tahun, menyamakan ke proses haji di tahun 2016 ini. Keduanya benar-benar memang siap berangkat ke tanah suci sana.