Pergantian Presiden NKRI 2014-2019
Pergantian presiden di NKRI pada tahun 2014 tampil khas, prosesnya berbeda dengan masa sebelumnya. Jika pada tahun sebelumnya pergantian terkesan begitu formal, maka pada tahun 2014 berpola formal plus. Kondisi plus pergantian presiden [:baca pelantikan] demikian, terjadi tampaknya sejalan dengan tuntutan rakyat yang sudah lama menunggu terjadinya suatu momentum. Maksudnya momentum pemerintahan rakyat, yang mengutamakan kerja nyata bagi kesejahteraan, keadilan, dan terwujudnya kemakmuran bangsa di NKRI. Kejadian dengan momentum dimaksud banyak disebut suatu Langkah Baru Indonesia, yang baru terlaksanakan pada hari Senin, 20 Oktober 2014.
Pada acara itu, penulis web ini menyempatkan tidak berada jauh dari TIVI terutama pada hari Ahad dan Senin. Saya memutuskan izin tidak mengisi kegiatan PLPG ketika itu. Dan ternyata, setelah konteks panitia dan narasumber materi yang terkait, saya diizinkan untuk dalam dua hari ini tidak mengisi acara di PLPG yang di minggu-minggu ini memasuki tahap ketujuh.
Pelantikan Tertib dan Khidmat
Pergantian presiden NKRI tahun 2014 secara resmi terjadi sesuai rencana pelantikan. Dengan janji-janji yang disetujui bersama, yang telah dicek kebenarannya, maka pergantian presiden terjadi seperti direncanakan. Suasananya jauh dari kondisi seperti yang terjadi menjelang pemilihan ketua DPR, MPR, DPD, yang berlangsung panas dan terkesan kurang tertib. Hal itu berbeda dengan suasana pelantikan presiden yang bernuansa cukup hangat dan telah melalui persiapan yang matang, yang juga lengkap dengan kesiapan pergantian pimpinan negara.
Maklum NKRI di saat seperti saat ini, selain melakukan gawe besar, juga dihadiri undangan tokoh yang tidak main-main. Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei, Perdana Manteri Malaysia Tun Abdul Razak, Perdana Menteri Singapura, Perdana Menteri Thailand, Perdana Menteri Australia Tonny Abbort, Perdana Menteri Papua Nugini, Menlu AS John Kerry, adalah di antara undangan yang sempat hadir pada acara ini.
Orang yang selama ini oleh sejumlah pengamat disebut-sebut sukar kompromi, seperti Pak Prabowo, dapat hadir dan sekaligus sempat salam hormat meliter ketika datang dan ketika namanya disebut di awal pidato Presiden Joko Widodo; hadir juga Pak Hatta Rajasa. Pak Rizal Bakri, ketua umum Golkar, juga hadir duduk di barisan belakang para perdana menteri. Dari situ, yang semula diduga tidak bisa hadir, atau akan mempersulit suasana terjadinya pelantikan –apalagi pelantikan plus– ternyata dapat hadir dengan baik. Semuanya membawa kita dalam kondisi prima dan pelantikan berlangsung khas plus arak-arakan rakyat.
Tokoh-tokoh utama dalam acara ini menempati tempat duduk terhormat. Mantan presiden SBY duduk bersama Presiden Jokowi yang ketika itu dilantik. Begitu juga mantan wapres Budiono duduk dekat Wapres M Jusuf Kalla yang siap dilantik. Pemimpin sidang Ketua MPR, DPR, DPD, dan para wakil duduk di kursi sebelah kiri Presiden. Para mantan presiden (Prof Habibie, Ibu Megawati, Ibu Mantan Presiden Ny Sinta Nuriah) dan mantan wapres (Bapak Tri Sutrisno beserta Ibu, Bapak Hamzah HAZ), hadir dalam acara itu. Dalam Sidang Pelantikan Presiden , dari 385 anggota sempat hadir 372 orang.
Dengan acara pelaksanaan pelantikan presiden yang berlangsung khidmah itu, tampaklah bahwa ketika berbicara soal besar yang menyangkut kepentingan negara, kita ini sebenarnya sudah biasa bermental disiplin, serta bisa berprerilaku baik dan santun. Jauh dari perilaku urakan seperti disebut-sebut belakangan ini, sehingga pantas jika disebut bahwa para pemimpin kita sebenarnya setara dengan mereka yang ada di negara-negara besar. Bangsa Indonesia, sama punya wibawa di mata dunia.
Kereta Kencana dan Upacara Kenegaraan
Tidak seperti yang yang terjadi di masa pelantikan presiden sebelumnya, pelantikan presiden kali ini khas. Sepulang dari pelantikan presiden, Bapak Joko Widodo tidak langsung naik mobil menuju Istana Merdeka, melainkan naik mobil Indonedia Satu menuju Bundaran HI (Hotel Indonesia).
Dari hotel ini, para relawan yang datang dari berbagai belahan Nusantara siap menyambut sang presiden. Para relawan, sudah menyiapkan berbagai acara bagi menyambut kirab kereka kencana ketika Presiden Jokowi sudah datang di bundaran HI.
Begitu sampai di bundaran HI, Presiden Jokowi dan Wapres JK pindah kendaraan dari mobil ke kereta kencana. Yaitu kereta, yang akan dikendarai presiden dan wakil presiden untuk menyambut para relawan yang sudah menunggu dari pagi. Bahkan, ada yang sudah menunggu sejak sehari sebelumnya. Ternyata, di luar dari yang diduga, lautan manusia menyemut di sepanjang bundaran HI hingga di Istana Negara [Istana Merdeka]. Jika karena suasana panas Pak Jokowi dan Pak JK akhirnya melepas kopiah dan Jas, namun tidak begitu dengan Paspampres, yang tentu tidak bisa mengambil keputusan mendadak seperti Presiden dan Wapres mendadak. Jasnya terus dipakai sampai tiba di Istana Merdeka.
Dalam situasi keringat mengucur yang diseka dengan sapu tangan dan tisu, Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla turun dari kereta dan berjalan memasuki upacara resmi kenegaraan. Setelah selesai memeriksa pasukan, keduanya berdiri di tempat masing-masing yang diatur berdampingan. Begitu beliau sama tegak di depan mikrofon masing-masing, Pak Sby yang berdampingan dengan Pak Jokowi mengucapkan kata pamit, harapan, dan permohonan maaf bila ada salah khilaf. Dan Pak Jokowi menjawab singkat, disertasi doa: semoga Pak Sby dianugerahi berkah, kesihatan, serta usia panjang, yang diamani oleh Pak Sby.
Setelah pidato dari Pak Sby dan Pak Jokowi, upacara resmi kenegaraan akhirnya usai. Dan langsung Presiden Joko Widodo dan Istri Ny Irianti didampingi Mantan Presiden Sby dan Ibu Ani menuju ruang Jepara. Di situlah, secara tidak formal, kedua presiden dan mantan presiden memasrahkan serah terima resmi istana merdeka.
Tidak lama setelah itu, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono beserta Ibu Ani bersalaman pamit secara fisik meninggalkan istana dengan berjalan kaki sambil menyalami para undangan di kanan-kiri beliau menuju kendaraan. Dan Pak Joko Widodo bersama Ibu Irianti, mengantar Pak Sby dan Ibu menuju mobil saat secara resmi beliau bersama Ibu Ani meninggalkan istana merdeka. Saat itu, dua negarawan berbesar hati [diganti dan mengganti] dalam suasana saling pengertian, yang tidak pernah dilakukan oleh presiden NKRI sebelumnya.
Pak Soekarno Presiden RI Ke-1 diganti Pak Soeharto Presiden RI Ke-2 tidak berlangsung dalam keadaan mulus. Begitu pula Pak Harto diganti oleh Pak Habibie Presiden Ke-3 berlangsung dalam keadaan dipaksa keadaan agar mundur. Pak Habibie pun Presiden diganti tidak dalam suasana segar ketika meninggalkan istana kepresidenan lalu diganti Gus Dur Presiden Ke-4 Indonesia, yang banyak membawa rakyat hadir ke Istana Negara, hingga akhirnya dilengserkan oleh MPR pada masa Dr Amien Rais yang juga tidak memuluskan pergantian presiden. Beralih kekuasaan ke Ibu Megawati sebagai Presiden Indonesia ke-5, pergantiannya tidak menampakkan suasana akrab kepada penggantinya, yaitu Presiden Sby yang berkuasa sebagai Presidan NKRI Ke-6 sampai selama dua periode yang berakhir Oktober 2014.
Tertib, Santun, Melegakan
Pada masa pergantian dari Pak Sby ke Pak Jakowi (Presiden RI Ke-7) inilah terwujud momentum yang buagus. Dari sudut waktu, terasa cukup waktu Pak Sby memangku Jabatan sebagai presiden, sehingga suasana penyiapan ke penggantinya relatif lebih mapan. Walaupun diakhiri dengan kondisi orang kanan kiri Partai Demokrat yang tidak berakhir mulus, namun citra santun dan tidak grusa-grusu Pak Sby telah membawa negara ini dapat berakhir dengan wibawa. Ternyata sosok yang gagah, santun, dan suka bertindak jeli ini dapat tepat sikon ketika akan mengakhiri suatu jabatan yang sudah selesai diamanahkan. Dengan tanpa didesak dan maksud upaya untuk melengserkan, Pak Sby telah menyiapkan akhir tugasnya dengan baik.
Pak Sby bahkan juga dapat mengantarkan dengan baik tugas kepada penggantinya secara santun dan pas. Dari wawancara dengan TIVI ONE terbaca, beliau setelah menjabat presiden cenderung kembali ke dunia ilmu dan ke kontak jaringan internasional, ketika akhirnya beliau meninggalkan istana merdeka dan kembali ke Cikeas Bogor. Selamat jalan Pak Sby dan Selamat bertugas Pak Jokowi. Semoga dengan pergantian kekuasaan yang terbaik dan disaksikan rakyat Indonesia dan dunia ini, NKRI segera dibawa menjadi negara besar, yang mewujudkan dengan nyata apa yang selama ini menjadi mimpi rakyat di NKRI (Erfan Soebahar).