Saatnya: Terus Berdebat Kita Alihkan ke Fokus Riil Memajukan Indonesia

Sampai kapan di negara kita ini akan kita akan terus berdebat dan berdebat terus di panggung kekuasaan? Persoalan ini tidak mudah menjawabnya. Waktunya terserah saja kepada pihak-pihak yang terus suka berdebat. “Maklum, siapa yang akan memberhentikan tokoh-tokoh berdebat yang tidak kunjung usai itu. Tidak ada kekuatan yang dapat menyetop itu, maklum beliau-beliau pada punya kuasa, sukar orang-orang kecil menyetopnya,” demikian ungkapan banyak kalangan menyaksikan perdebatan di antara kita di NKRI yang tidak pernah selesai.

Sejak menikmati era reformasi, terasa nikmat memang kita berkesempatan untuk berbicara dan berdebat. Kekuasaan demi kekuasaan pemerintaan sudah berjalan di NKRI ini. Pengalaman kita di bawah pemerintahan Pasca Orde Baru sudah sama dimaklumi. Presiden pun sudah berkuasa, sejak Presiden Habibie, H. Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati, Presiden SBY, dan sekarang kita sudah setahun dipimpin oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

 

Mengendalikan dengan Mapan Wilayah Luas

Wilayah Indonesia yang cukup luas, itu tugas bersama yang perlu terus kita hadapi. Pulaunya 17.000-an; beberapa termasuk pulau besar, tidak sedikit termasuk kategori sedang, dan yang lain kecil-kecil sama minta dihadapi. Minta diterjuni agar antar pulau sama dapat berhubungan dengan jelas, selain perlu terhubung dengan jalur darat juga perlu dengan jalur laut dan sekaligus udara. Yang jalur darat sekalipun pada siang harinya sama dapat terlihat jelas, namun ketika malam hari sama-sama dapat disaksikan masih banyak yang gelap. Syukur di sejumlah desa saat ini listriknya sudah sama dipasang, sudah mulai nampak senang wilayahnya mendapatkan penerangan lampu listrik.

Selain negara luas, dunia ini ada juga negara sempit, seperti tetangga kita kita Brunei dan Singapura. Namun walau sempit, negara itu sudah banyak belajar bagaimana memakmurkan negara dan membawa rakyatnya menjadi orang berkelas di dunia. Padahal mereka termasuk bertetangga dengan kita.

 

Mencerdaskan Rakyat yang Plural

Jika pulaunya saja berjumlah ribuah, sedemikian banyak, lalu bagaimana menggarap pendukuk yang mendiampi begitu banyak pulau itu? Tentu untuk menjawab soal ini tidak mudah. Akan tetapi bukan hal yang mustahil menggarapnya sampai berhasil. Sebab selain sarana prasarana sudah dimiliki, alat komunikasi di masa sekarang sudah mulai canggih, sehingga sejumlah wahana yang sudah dimiliki itu selayaknya dioptimalkan bagi menata dan mencerdaskan rakyat yang plural.

 

Memimpin dengan HatiĀ 

Nah, setelah melihat dua sub uraian di atas, sekarang sudah saatnya para pengelola kekuasaan ini benar-benar bertanya untuk sekarang dan ke depan: cukupkah memimpin Indonesia ini hanya dengan memperbanyak bicara dan berdebat? Pada pemimpin yang mencerdaskan rakyat yang membuat negara ini makmur, mesti memimpin dengan hati. Hati sang pemimpin perlu terus menerus berdialog menjawab soal: bagaimana mencerdaskan penduduk selain yang di perkotaan? Misalnya yang berdomisili: di pinggir pantai, di daerah pegunungan, di wilayah yang transportasinya benar-benar tidak lancar, dan lain-lain.

 

Duduk dan Berdiri Setara Negara Lain

Negara lain, ternyata bukan saja negara-negara yang besar. Selain ada negara-megara besar masih banyak negara-negara kecil. Misalnya Negara Brunei, atau Negara Singapura, atau Negara Israel; negaranya kecil namun sudah begitu maju. Penduduknya tidak saja makmur, tetapi sudah tertangani kecerdasannya.

 

Siap menjadi negara besar

Selain negara kecil, dan negara menengah, tentu saja ada negara besar. Kalau tidak siap menjadi negara besar, tentu banyak yang kepingin di dunia ini menjadikan kita di bawah pengaruh mereka. Baik dengan cara merusui terus Indonesia, merekayasa terus Indonesia, sampai — seperti kabar yang tidak mengenakkan mereka ingin memecah NKRI menjadi beberapa bagian yang meeka kuasai — naudzu billah. Itu tentu jelas zhalim. Maka itu, di sini seluruh SDM yang ada di Indonesia, sekarang sudah tidak masanya lagi mereka dianggap sebagai hanya pelengkap. Orang-orang terdidik, sudah waktunya diminta pendapat dan dedikasinya untuk bersama-sama menyengkuyung NKRI ini menjadi negara besar lahir dan batin, yang berdiri benar-benar besar dan berkuasa mantap. Jauh dari goyah, jauh dari banyak ragu-ragu yang di bawah bayang-bayang negara lain.

 

Indonesia, NKRI, rakyat sudah ada di kanan-kiri kita. Mereka sudah full menjadi penduduk NKRI. Jumlahnya jauh lebih banyak dari Saudi Arabia, Jauh Lebih banyak dari penduduk Jepang, jauh lebih banyak dari penduduk Korea. Jauh berlipat-lipat dibanding Jumlah Singapura. Kita ini saatnya sekarang, benar-benar wajib terus fokus saja menjadi riil negera yang maju tanpa ragu dari Indonesia. Fokus kecilnya, bisa saja dimulai dari menjadi kiblat negara-negara berpenduduk Islam di dunia. Tapi, jangan dibiarkan LGBT (lesbian, gay, ………) itu berpengaruh secara terorganisir menggerogoti negara ini. Kalau negara besar lain begitu, tak usah banyak diusik, itu hak mereka. Negara Indonesia, jadikanlah negara berkah, jauh dari noda seks rendahan, yang menonai moral negara Pancasila ini. Insya Allah kita sebenarnya bisa, begitu bukan? (Erfan).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *