Akhlak Karimah Terhadap Diri Sendiri (2)
Bagaimana sebenarnya cara memelihara kita berinteraksi terhadap diri sendiri sebagai akhlak karimah? Paling tidak akhlak terhadap diri sendiri adalah sebagai berikut:
Sabar
Sabar sangat dibutuhkan terutama ketika kita melaksanakan perintah Allah Swt dan akan menjauhi suatu larangan. Rasa segan dan malas serta mau terus atau meninggalkan selalu ada mengitari seseorang. Maka di situ sikap sabar mestilah diiringi pada perbuatan seseorang.
Syukur
Syukur pada umumnya diungkap dalam bentuk ucapan serta perbuatan. Syukur melalui ucapan dapat berupa memuji asma Allah dengan mengucapkan lafal alhamdulillah, sedang syukur dengan perbuatan dilakukan dengan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan apa yang dikehendaki untuknya.
Tawaduk
Sikap tawadhu mesti dilakukan untuk prestasi seseorang. Sifat yang berupa merendahkan diri itu sebenarnya, sifat yang dapat membawa kemulyaan bagi seseorang yang di dalamnya mengandung kemampuan tenang jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan menyebabkan diri seseorang tidak disukai oleh orang lain.
Sidik
Muslim yang baik mesti melengkapi dirinya dengan sifat selalu berada dalam keadaan benar lahir batin, yaitu benar hati benar perkataan dan benar perbuatan, atau jujur, karena sifat ini mendatangkan keutamaan di dalam kehidupan dan menjadikannya ahli surga.
Amanah
Amanah adalah sifat yang mesti dimliki oleh seseorang yang dengannya kepercayaan pihak lain bersumber. Dengan sifat amanah, kepercayaan seseorang dapat diandalkan, dan dengan begitu banyak hal berkenaan dengan tanggung jawab dapat teruji di pundaknya. Bahkan sifat amanat adalah andalan seseorang yang akan diminta pergtanggung jawab oleh Allah Swt pada diri seseorang terutama dalam kehidupan yang akan datang.
Istikamah
Perintah supaya beristiqamah dinyatakan dalam Al-Quran pada surat Al- Fushshilat ayat 6 yang artinya “ Katakanlah bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka istiqamahlah menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang bersekutukan-Nya”.
Perwira (Iffah)
Nilai dan wibawa seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan dan jabatannya dan tidak pula ditentukan oleh bentuk rupanya, tetapi ditentukan oleh kehormatan dirinya.
Pemaaf
Islam mengajarkan kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain. Memang memaafkan tidak mudah dilakukan. Akan tetapi, dengan mampunya seseorang memberi maaf, maka akan tampak kelebihan dirinya ketika berhadapan dengan seseorang di dalam pergaulan.
Dengan menguasai cara-cara melangkah perbuatan bagi diri sendiri maka banyak kelebihan atau keutamaan akan dimiliki seseorang sebagai keutamaannya baik di hadapan sesama maupun di hadapan banyak keadaan dalam aktivitas kehidupan (Erfan S).