Diskusi Dosen dan Wahana Silaturahmi
Pada waktu mahasiswa belum aktif kuliah, dosen sering menggunakan momentum liburan untuk suatu kesibukan yang produktif. Hari-hari yang kosong dari kesibukan mengajar biasa diisi dengan (1) mengoreksi jawaban soal-soal ujian akhir semester, (2) memasukkan nilai dalam borang DNU, (3) meng-apload nilai ke- borang penilaian sesuai mata kuliah dosen di Si-Adik, (4) mengisi atau melengkapi laporan BKD (Beban Kinerja Dosen) yang telah direncanakan sebelumnya dalam RBKD (Rencana Beban Kinerja Dosen), (5) mengisi kesempatan dengan berdiskusi, dan lain-lain.
Diskusi dan BKD
Diskusi yang banyak peminatnya jika berdekatan dengan dua keadaan. Pertama, menjelang dan di sekitar realisasi laporan BKD. Pada masa ini, diskusi yang tentu lebih mudah dilakukan dibanding dengan melakukan penelitian dan menulis di jurnal, banyak membuat hati para dosen tertambat untuk melakukannya. Rasa segan biasanya menjadi tiba-tiba hilang, karena diburu kesempatan untuk segera maju diskusi, yang bahan-bahannya sudah dikumpulkan dari awal mereka mengisi perkuliahan. Jika pada setiap minggunya sekitar dua orang yang mengisi diskusi, maka menjelang laporan BKD jumlah itu bisa menjadi empat penyaji makalah. Untuk memacu semangat pun banyak cara dilakukan, termasuk bagaimana caranya agar momentum diskusi itu tidak monoton.
Maka pelaksanaan diskusi sering diubah-ubah tempat dan pendekatan. Jika pada waktu-waktu biasa mingguan pelaksanaan diskusi bertempat di ruang rapat FITK UIN Walisongo, kadang juga bertempat di Kantor Dosen FITK Kampus 2 lantai 2. Dan tidak mustahil juga, dan ini yang belakangan juga ditempuh yaitu diskusi dilangsungkan di rumah para dosen atas permintaan shahibul bait.
Diskusi dalam bentuk yang terakhir ini rata-rata full pesertanya. Bagi yang ketempatan, momentum ini adalah momen silaturahmi yang sekaligus bisa dijadikan wahana sedekahan dari tingkat sederhana, hingga yang relatif mewah. Bisa dipastikan dalam bentuk nya yang sederhana, ada makan minum dan kue-kue kesukaan plus buah, namun dalam ukuran yang sudah mewah bisa ditambah dengan kue-kue kesukaan yang diletakkan di atas tempah yang diakhirnya, diikuti dengan acara membelah durian. Nah, yang terakhir ini yang biasanya banyak menyedot peserta bludag. Lebih-lebih menjelang akhir pelaksanaan, kepada para peserta oleh shabibul bait didekatkan dengan harumnya buah durian. Wiih, kecerdasan menyoal isu-isu diskusi itu sering sudah berubah gaungnya. Bau durian begitu menyeruak di rasa dan pikiran, yang biasanya … membuat moderator sudah tidak lama-lama lagi, mengendalikan acaranya. Kesimpulan pun, sering dilaluinya … “saya kira para peserta sudah sama tahu isi kesimpuannya” demikian ungkap moderator. Untuk itu, mari kita akhiri acara ini dengan…. hamdalah (Erfan S)