Ibnu Abbas: Sahabat Ahli Tafsir dan Berilmu Luas (2)
Periode Imam Hasan as dan Imam Husain as
Setelah kesyahidan Imam Ali as, Ibnu Abbas mengajak masyarakat untuk berbaiat kepada Imam Husain a.s. Ketika khutbah Imam Husain a.s. berakhir, Ibnu Abbas pada saat itu berdiri tegak menghadapkan diri ke masyarakat seraya berkata: Wahai kalian semua, Imam Husain adalah putra Nabi saw dan pengganti Imam bagi kalian, karena itu berbaiatlah kalian semua kepadanya!
Ketika Imam Hasan a.s. dalam suasana akan dikebumikan di dekat pusara Nabi Muhammad saw dan kemudian Bani Umayyah di saat itu menghalanginya, maka Ibnu Abbas juga Marwan bin Hakam bertindak untuk menjadi juru runding, sehingga perseturuan antara Bani Umayyah dan dan Bani Hasyim pada saat dapat dicegah. Ibnu Abbas dalam konteks ini juga termasuk sahabat Imam Husain a.s. Ia berada di Mekkah ketika Imam Husain a.s. bergerak menuju Irak dari Mek.ah. Ia dua kali bertemu dengan Imam Husain a.s. Ia memperingatkan kepada Imam Husain a.s. tentang perjalanannya menuju Irak.
Periode Muawiyah
Ibnu Abbas pada masa Mu’awiyah menolak bagi dirinya untuk menyatakan baiat kepada Yazid. Namun setelah dalam kondisi yang sudah kondusif pada saat itu, ia lalu memposisikan dirinya untuk memberikan baiat kepada Yazid. Akan tetapi, ia juga bersikap misalnya ia tidak memberikan baiatnya kepada Abdullah bin Zubair.
Beberapa Karya Ibnu Abbas
Dengan banyaknya pendapat di seputar tafsir Ibnu Abbas di dalam penafsiran ayat-ayat al-Qur’an, tidak mustahil bila dalam konteks ini muncul keraguan di antara pendapat sejumlah penulis. Hal inilah yang dapat diketahui dari sebagian murid-murid Ibnu Abbas, dimana karya-karya tulisnya dihimpun mereka setelah ia wafat. Sejumlah karya berikut disandarkan kepada Ibnu Abbas:
- Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibnu Abbas: Firuz Abadi, penulis kamus, tafsir ini ditulis dalam 4 jilid yang diambil dari Tafsir Thabari berdasarkan riwayat-riwayat Ibnu Abbas. Kitab ini pada awalnya diterbitkan di Bombay, kemudian dicetak di Bulaq Mesir.
- Tafsir Ibnu Abbas: Isa bin Maimun dan Waraqa meriwayatkan dari Abu Nujaih. Dan Abu Nujaih dan Hamin bin Qais meriwayatkan dari Mujahid.
- Tafsir Juludi: Abdul Aziz Juludi mengumpulkan tafsir ini dari riwayat-riwayat yang berasal dari Ibnu Abbas
Akhir Hayat
Pada akhir hayatnya, Ibnu Abbas r.a. mengalami nasib tidak dapat melihat dunia ini secara kasat mata. Ia mengalami nasib buta. Kendati demikian, ia hidup di Mekkah dan menyaksikan perang antara Abdullah bin Zubair dan Abdul Malik bin Marwan. Abdullah bin Zubair menginginkan untuk melaikukan dari Ibnu Abbas, namun ia menolak, hingga mengungsikan dirinya ke Thaif. Di antara sejarawan menulis bahwa Ibnu Abbas meninggal di wilayah pada tahun 68/687 dan ketika ia berusia 70 tahun. Muhammad bin Hanafiyah misalnya menyalatkan jenazah atasnya, yang di situlah ia dikuburkan. Sumber lain menyebutkan, ia meninggal tahun 69/688. Ia melantunkan sebuah Syair: Meskipun Allah mengambil penghlihatanku, namun cahaya lisan dan telingaku melihat Akalku sehat, lisanku menjelaskan kebenaran seperti pedang yang tajam (Ibnu Atsir, Usd al-Ghābah, III: 190). (Erfan Subahar)