Kunjungan ke Bondowoso-Jember: Awal Desember 2014
Pada hari Jum’at sampai Ahad, 7-9 Desember 2014, saya, istri, dan anak barep, nanda Kurnia Muhajarah (bersama kedua anaknya) berangkat menuju dua kota kabupaten yaitu Bondowoso dan Jember. Kota yang sama berada di Jatim itu berdekatan jaraknya, sekitar 30 km. Jika kita berjalan menuju kota Sibubondo, maka kota Bondowoso berada di pertengahan antara Jember dengan Situbondo.
Bersama keluarga di Tangsil Kulon Bondowoso
Kota Kelahiran
Bondowoso adalah kota kelahiran saya, dan di kota ini saya dididik dan dibesarkan sampai lulus SLTP. Jika pagi saya sekolah SDN lalu SMPN, sorenya saya sekolah di madrasah ibtidaiyah yang diajar oleh ayah sendiri; KH Moh Soebahar.
Ayah memang lahir sudah di Bondowoso. Tepatnya di Desa Tangsil Kulon, Tenggarang, Bondowoso. sedangkan ibu, lahir di Kediri, 7 jam perjalanan dari Bondowoso. Tepatnya, ibu berasal dari Desa Ngebrak, Gampeng Rejo, Kediri. Lalu ketika kecil bersama, adiknya Bulik Kun, Bulik Wuryati, dibawa Embah Dewi Zuleha hijrah ke Bondowoso, Jawa Timur.
Ke tempat ayahlah, saya sekeluarga pada awal Desember 2014, menujukan diri pertama. Tepatnya menuju Desa Tangsil Kulon, Tenggarang, Bondowoso. Syukur juga, pada kunjungan ini saya berjumpa dengan semua saudara: Muhashshonah, [Moh. Erfan Soebahar penulis web ini], Abd Halim Soebahar [yang sedang ngunduh mantu], Moh. Fadli Soebahar, dan Zarkasyi Soebahar — Abd. Halim Soebahar ini, yang ketika kunjungan kami ngunduh mantu, mengawinkan puteranya di Jember Jawa Timur.
Di tempat kelahiran ayah itu, saya berkunjung bersama istri serta Nanda Kurnia dan kedua anaknya Ladia dan Muhammmad Saifullah. Acara ke Bondowoso, adalah dalam rangka silaturrahmi ke Ibu, yang masih sekarang selalu mengingatkan kami tentang pentingnya kami saling berkunjung dalam setahun 2-3 kali.
Pengantenan Keponakan di Jember
Kunjungan dari Semarang ke Bondowoso menempuh jarak 526 km. Bisa ditempuh sekitar 13-14 jam perjalanan darat dengan mobil. Sementara dari Bondowoso ke Jember memerlukan waktu sekitar 1 jam perjalanan. Maka setelah di perjalanan saya sempatkan mampir di Desa Kraton, Pasuruan, untuk pijat dan silaturahmi ke Ustadz Sobari, saya langsung menujukan diri ke Bondowoso, untuk istirahat dan menjumpai keluarga inti. Baru setelah waktu ashar, saya melanjutkan perjalanan menuju kota Jember.
Persis maghrib tiba, saya baru masuk di kota Jember. Sempai di rumah dik Halim, penganten sudah siap diberangkatkan ke Gedong Gor. Saya, setelah salat maghrib wirid beberapa waktu, jadi ikut bersama Ibu Hj Sri Indiah, menuju Gedung Gor untuk menghadiri undangan mantu adik kandung, Prof Abdul Halim. Dia ngunduh dua mantu dari puteranya.
Dari anaknya pertama: Faris (A. Faris Wijdan) mendapatkan Lida (Maulida Puspitadewi); dari yang kedua: Ovie (A. Fauzul Fikri Biaunillah) mendapatkan Wima (Wima Anggitasari) yang dilaksanakan bersama pestanya di Gedung Gor Kabupaten Jember, pada Sabtu malam Ahad, 8 Desember 2014. Acara yang dimulai pada 19.30 itu berlangsung selama 2 jam; mengundang sekitar 1500 undangan (Erf).