Memanfaatkan Liburan di Penghujung 2014
Liburan keluarga pada tahun 2014 dilakukan tidak dalam satu acara. Saya serahkan kepada kemampuan masing-masing bagaimana mengaturnya, sebab kami sudah berada di tempat yang menyebar di Jawa Tengah, serta di Jawa Barat dan Jabotabek. Hanya prinsip kita atur bahwa ketika berlibur momentum itu dapat digunakan dengan benar juga baik dan tidak melakukan liburan pada saat-saat kita bekerja kecuali dalam keadaan darurat.
Bandung, Bogor, Thailand
Saya bersama ibu anak-anak berlibur duluan. Pada tahun ini, saya memanfaatkan waktu libur natal untuk berkunjung ke Bandung tempat Nabiel, si ragil kuliah, dengan menyempatkan diri ke kawasan Cibaduyut. Tidak banyak waktu digunakan pada liburan di Bandung ini, karena hampir sepanjang hari hujan mengguyur kita begitu deras di kota kembang ini. Dan kondisi di sepanjang jalan yang kami lalui dalam keadaan macet, hingga selain di Cibaduyut dan salat Jum’at di kawasan ini, kami banyak menghabiskan waktu di atas kendaraan angkot yang rata-rata berjalan di atas persneleng sekitar satu dan dua sepanjang perjalanan.
Akhirnya, di Bandung kami cukupkan sehari, dari pukul tujuh pagi hingga pukul 19.00 sore, selebihnya Sabtu dan Ahad kami gunakan beracara di Bogor. Tepatnya, kami tujukan untuk berada di seputar Cibinong.
Di Bogor, acara keluarga difokuskan ke dua acara. Pertama, pada hari Sabtu kami gunakan bersama ibunya, Nabiel, dan anak mantu Whildan serta Naily, istrinya, ke Masjid Kubah Mas, yang mempunyai nama asli Masjid Dian al-Mahri.
Makan di Taman Parkir kok juga nikmat ya?
Ternyata di masjid yang ada kubah emasnya itu tidak hanya berdiri sebuah masjid megah, melainkan juga ada beberapa bidang tanah hijau luas, deretan parkir yang tertib dan lebar, beberapa gedung pertemuan megah, serta sebuah rumah megah dan mewah, yang semua dikelilingi pagar beton setinggi 4 meter. Kami seperti diberi inspirasi yang berkesan dan kekeluargaan, yang ketika melintasi jalan disuguhi pertimbangan untuk memperhebat diri. Selain nasehat agar kita mendapat pahala 27 sempatkan salat berjamaah di masjid Dian al-Mahri, dan kita mesti suka bersedekah sehingga dengan itu rezeki kita diberkahi Allah.
Dan ketika perjalanan kaki kita menujukan diri ke masjid, saya sekeluarga begitu terkesima. Sebab, mau masuk ke tempat wudhu saja suasananya seolah dirangsang biasa tertib; di dekat para pengunjung mau masuk ke lingkungan masjid, di situ ada info singkat tapi jelas: tersedia penitipan sandal, buang air kecil dan kamar mandi bersih. Semua bangunannya ditata cantik, terbuat keramik ornamen sejuk yang enak dipandang. Ketika kami keluar dari tempat wudhu, di posisi kita mau berdoa, dan ketika sedikit menoleh ternyata di utara masjid berdiri rumah megah.
Di situlah, rumah keluarga keluarga kaya yang telah beramal besar beraroma surga di jalan Allah. Rumahnya sepertinya lebih apik dibanding istana negara kita. Ya, mudah-mudahan saya tidak salah ketika melihat sosok rumah yang mengistana itu; paling tidak suasana itu dilihat dari kelengkapan taman bunga dan pepohonan buah yang bermacam-macam di seputarnya.
“Abah, kita mampir dulu ya memetik buah rambutan yang sudah mulai matang tuu Abah,” ujar Mas Whildan, anak menantu kami.
Kami bersyukur juga, karena di tempat itu kami sempat salat zhuhur dan ashar berjamaah; merasa pas dengan nasihat yang telah diberikan oleh pengelola Masjid Dian al-Mahri yang dipasang di sela-sela pejalan kaki. Di masjid ini, kami menyempatkan diri hingga usai kultum yang disampaikan oleh imam masjid.
Selamatan di Naily Whildan
Pada hari Ahad, liburan diisi dengan selamatan di rumah Naily. Anak kami yang kedua ini, di balik pembelian rumahnya ternyata mendapat rezeki lain. Dalam undian yang di luar dugaannya, dia ternyata mendapatkan hadiah sepeda motor beat putih yang bercat sesuai idamannya.
Maka atas anugerah yang di luar dugaan itu, Naily bersepakat mengadakan selamatan di rumahnya hari Ahad. Eeh, di balik ide selamatan itu ternyata ada “muballigh” dari Semarang datang tak diundang. Dan kebetulan ia datang dengan istrinya, yang tak lain dari orang tuanya sendiri. Suasana seperti itulah yang menjadikan momentum selamatan relatif lengkap. Prosesinya, setelah membaca Basmalah, membaca ayat suci al-Quran, lalu membaca Surah al-Waqi’ah bersama, di situ disampaikan mauizhah hasanah oleh Prof Erfan Soebahar dari Semarang, yang diakhiri dengan memenuhi permintaan jamaah untuk menambah dzikir istighfar komplit (Sayyidul Istighfar).
Acara selamatan berakhir saat adzan zhuhur dengan lancar. Dan beberapa jam setelahnya, pk 16.30, saya berdua pulang ke Semarang naik Bus Nusantara. Dalam liburan — yang bersamaan dengan peristiwa nahas pesawat penerbangan Air Asia dari Surabaya Singapura — Nabiel masih melanjutkan liburan ke Jakarta. Dan Baknya, Naily pada awal Januari ini masih akan liburan lagi bersama beberapa orang dari LIPI akan berangkat ke Thailand, yang mudah-mudahan lancar dan selamat.
Ke Solo dan Seputar Semarang
Selain ke Bandung, Bogor, dan ada yang ke Jakarta juga Thailand, nanda Norannabiela serta Kurnia Muhajarah dan anak-anaknya menempuh libur khusus.
Nora, yang ketika ortunya ke Bandung dan Bogor sudah sempat ke Solo (mau terus ke Yogya tetapi ada kendala teknis), masih melanjutkan liburan bersam Bak Nianya dan anak-anaknya di Semarang. Mereka memanfaatkan liburan ringan di Semarang, sambil membawa keponakannya ke Toko Ada. Hiburan ringan, yang sering terlewatkan dari perhatian orang tua. Semoga semunya tercukupkan, sesuai dengan pilihannya masing-masing.
Akhir kata, liburan adalah wahana yang sehat dan mubah. Liburan adalah bagian dari kebutuhan hidup. Dalam kehidupan ini kita tidak boleh hidup secara kaku. Fisik dan pisik, yang hanya dipacu terus dengan kerja disiplin keras tanpa hiburan. Liburan juga perlu, sebab ia dapat membawa kita pada suasana kreativitas tinggi yang diperlukan bagi menyambut tugas-tugas pada kesempatan berikutnya. Bagaimana dengan para pembaca, sudahkah berlibur pada akhir tahun 2014? (Erfan S).