Menang Diri dan Cinta Tanah Air: Implementasi Islam yang Rahmat

Pendahuluan

—Puji syukur kepada Allah Swt, Tuhan yang telah menganugerahkan kita takdir dilahirkan dengan baik di Tanah Air atau Negara Indonesia. Yaitu sebuah negara kesatuan yang unik – menarik, yang diam-diam banyak pihak lain yang kemecer.

—Maklum, negeri ini berdiri di atas  17.000 pulau; musim utamanya  dua;  penghasilan alamnya melimpah – meliputi: udara, darat, dan laut. Di samping kondisi alamnya yang kaya; di negeri NKRI ini agama dapat hidup berdampingan dengan aman; kerjasama dengan negara-negara lain dilakukan dengan bebas aktif.

—Justru itu, hidup di NKRI ini yang tepat mestinya (1) kita banyak bersyukur, artinya jauh dari perilaku kufur atau hanya mau berselisih, dan (2) kita mencintai terus tanah air kita sehingga tidak terulang kisah: dijajah negera lain: fisik, pikiran, budaya, dll; Belanda (plus Inggris dan Spanyol) 350 tahun menjajah; sementara Jepang  3,5 tahun.

 

Lima Potensi Agama Besar Dunia

—Dilihat dari sudut penganut agama, jika dibanding kan dengan negara lain:

1. Amerika Serikat: Penganut Agama Kristen Protestan –>terbesar;

2. Italia: Penganut  Agama Katolik Roma –> terbesar;

3. India: Penganut Agama Hindu –> terbesar;

4. Thailand: Penganut Agama Budha –>terbesar;

5. Indonesia: Penganut Agama Islam –>terbesar.

Indonesia memiliki potensi sebagai penganut Islam terbesar di dunia

—Potensi ini mesti disyukuri: dengan selalu bersikap arif, yaitu: (1) memberi contoh atau teladan untuk menjadi negara berkarakter yang baik, dan (2) memiliki rasa cinta yang tangguh kepada tanah air atau negara tempat mengamalkan agama dalam kehidupan.

 

Beragama: Agar Kehidupan Mantap

—Dari segi asal usul kata: agama itu berasal dari:    a –> artinya tidak, dan gama –> kocar kacir.   Jadi orang beragama itu menghendaki hidup di dunia ini dirinya tidak kocar kacir; dapat hidup damai, tentram, dan mantap.

—Secara istilah: agama itu diartikan sebagai

Tatanan Ilahi, yang mendorong orang berpikir untuk selalu berusaha ke arah mewujudkan kebaikan dan kesejahteraan/kebahagiaan hidup di dunia  sekarang, dan kebaikan serta kebahagi-aan hidup di akhirat yang akan datang.

 

Unsur-Unsur Agama

1.Tatanan Ilahi: untuk beragama mantap kita mesti meng-ikuti aturan hidup Ilahi; Allah pencipta kita – yang Maha Tahu (Pengatur), bagaimana kita mesti berbuat Menurut Allah untuk hidup baik, sejahtera, bahagia duna-akhirat.

2.Berpikir: ada nalar agama (Tuhan mengenalkan Diri-Nya; ada Malaikat penyampai wahyu; ada Rasulullah/Nabi yg menyebar ajaran; ada kitab suci/ajarannya; ada balasan atas perbuatan baik di surga dan buruk di neraka).

3.Mewujudkan kebaikan dan kesejahteraan hidup di dunia/sekarang: melalui salat, zakat/sedekah, menang melawan nafsu diri, hidup rukun bersaudara di jalan Allah,  selalu cinta Allah-Rasul melebihi lainnya.

4.Mewujudkan kebaikan dan kebahagiaan hidup di  akhirat (dalam kehidupan sekarang): dengan beramal yang ikhlas, tidak syirik,  jauh dari beramal yang sia-sia.

 

Islam: Membawa Rahmat dan Hidup Ramah

—Agama Pembawa Rahmat

—Allah berfirman: “Tidaklah Aku utus engkau Muhammad, melainkan untuk memberi rahmat kepada umat seluruh Alam.”

—“Aku tinggalkan bagi kalian dua perkara, yang tidak akan sesat selama kalian berpegang dgn keduanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasul-Nya (al-Hadis)

—Dua dasar di atas memberi petunjuk bahwa,

—Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw itu membawa misi: untuk rahmat atau menebar kasih kepada makhluk alam semesta;

—Ajarannya sudah lengkap; tertuang dalam Al-Qur’an dan al-Hadits; Al-Qur’an terdiri atas 6.236 ayat, sementara hadis sekitar 50 ribu buah hadis shahih.

—Rahmat adalah ajaran yang menebar kasih bagi seluruh umat, yakni “menebar kasih bagi umat/makhluk alam semesta”.  Allah Swt dalam hadis Qudsi menyebut: Inna Rahmatii Ghalabat Ghadhabi, ‘Sesungguhnya Rahmat-Ku (Maha Kasih Allah) Mengalahkan Kema-rahan-Ku.’ Jadi sifat ramah dan rahmat itu bertemu mesra dalam ajaran Islam untuk disebarkan ke tengah-tengah kehidupan.

 

Sifat Batin Manusia

—Ada 10 sifat batin manusia, yang mesti diatasi bagi kemenangan diri dalam melawan nafsu:

1.TAKJUB DIRI; heran atau kagum atas keelokan diri

2.RIYA; pamer sesuatu bermaksud memperlihatkan kelebihan

3.TAKABBUR; merasa diri mulia, angkuh, besar hati

4.IRI;  merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain; cemburu

5.DENGKI; benci karena sangat iri pada keberuntungan orang lain

6.HASUD; membangkitkan hati orang supaya marah atau membrontak

7.FITNAH; perkataan bohong, yang disebar dg maksud menjelekkan orang seperti utk menodai nama baik, merugikan kehormatan

8.TAMAK; selalu ingin beroleh banyak untuk diri sendiri

9.LOBA; selalu ingin mendapat banyak; serakah; rakus

10.SOMBONG; menghargai diri berlebihan; congkak; pongah

—Dengan memenangkan 10 sifat, maka manusia telah menang atas dirinya menghadapi kehidupan ini.

 

Menang Diri: Melawan Nafsu Sendiri

—Membiarkan sifat batin 10, berarti membiarkan diri manusia tetap lemah. Sebab membiarkan kelemahan selalu menggerogoti diri, yaitu manusia menjadi:

—Pendusta

—Pembohong

—Pendendam

—Pembenci

—Jika kita dibiarkan dalam kelemahan diri, maka akan nafsu syaithaniyyah akan terus mengajak kepada perilaku: kafir, fasik, dan munafik, dan jauh dari sifat-sifat baik yang dikehendaki Allah SWT, yaitu salih/salihah atau takwa.

—Membiarkan seseorang dalam kelemahan diri, berarti sama dengan membiarkan kondisi diri masyarakat itu tidak terkendali. Padahal, 10 sifat-sifat batin manusia asal itu jelas membahayakan kehidupan manusia.

Membiarkan sifat batin 10, berarti membiarkan diri manusia tetap lemah. Sebab membiarkan kelemahan selalu menggerogoti diri, yaitu manusia menjadi:

—-Pendusta

—-Pembohong

—-Pendendam

—-Pembenci

—Jika kita dibiarkan dalam kelemahan diri, maka akan nafsu syaithaniyyah akan terus mengajak kepada perilaku: kafir, fasik, dan munafik, dan jauh dari sifat-sifat baik yang dikehendaki Allah SWT, yaitu salih/salihah atau takwa.

—Membiarkan seseorang dalam kelemahan diri, berarti sama dengan membiarkan kondisi diri masyarakat itu tidak terkendali. Padahal, 10 sifat-sifat batin manusia asal itu jelas membahayakan kehidupan manusia.

 

Menangkal Radikalisme

—Banyak label yang diberikan kalangan tertentu, dengan me-nyebut pelakunya sebagai gerakan Islam Radikal, yaitu:

—Radikalisme: gerakan yang dilakukan individu atau kelompok, krn dirugikan fenomena sosio-politik dan sosio-historis, bukan gejala keagamaan, meskipun mengibarkan panji keagamaan

—Kelompok garis keras;

—Ekstrimis;

—Militan;

—Islam Kanan;

—Fundamentalisme;

—Terorisme;

—Label yang diberikan kalangan tertentu di Barat itu terkesan disampaikan secara terburu-buru. Maka selama tidak dgn suatu i’tikad baik, maka akan tetap tidak akan obyektif dalam mem-beri label atau stampel atau penilaian kepada pihak yang lain.

 

Usaha Agar Hidup Beruntung

—Menangkal Radikalisme, tidak harus dibawa ke perlawanan fisik. Tetapi, ke usaha bagaimana cara agar diri ini menjadi beruntung, sebab tidak berperilaku keji dan mungkar dalam kehidupan; Melakukan mungkar jelas merugikan pihak lain.

—Menurut Al-Quran, Surah Al-Mukmin/23: 1-5, manusia yang tergolong beruntung adalah:

1.Orang yang melakukan salat dengan khusyuk

2.Menjauhkan dari perbuatan dan perkataan sia-sia

3.Menunaikan zakat, infak, dan bersedekah

4.Menjaga/mengendalikan nafsu syahwat; 10 sifat.

 

Salat Khusyuk, Zakat, Menang Sejati

—Salat Khusyuk: mesti jelas alamatnya; berfokus ke Baitullah (simbol ghaib ka’bah), tidak glambyar; sesuai yang dicontohkan Nabi sawà berniat, sesuai syarat & rukun; dilakukan istiqamah; didahului dgn wudhu yang benar.

—Berzakat:  zakat mal dan fitrah; biasa infak dan sedekah, termasuk share ilmu, pengalaman, tips hidup berhasil – jauh dari sifat bakhil, tamak; ingat sifat 10.

—Menang Sejati: berjuang dengan sungguh-sungguh, sampai benar-benar meminimalisir; atau tidak melakukan 10 sifat àyang dapat mendatangkan kerugian pada pihak lain: masyarakat, bangsa, antar kehidupan bernegara di dunia.

Tentang perang, karena itu ada pembahasan khusus dalam rangka pembelaan negara, tidak dibahas dalam uraian penulisan ini.

 

Mencintai Tanah Air

—Kehidupan bernegara berkaitan dengan tempat kita hidup, eksis; yaitu tanah air.  Agama yang benar mesti memperhatikan waktu dan tempat untuk hidup, tumbuh, dan berkembang baik, agar dapat dianut dengan aman, damai, dan mantap oleh pemeluknya.

—Islam berkomitmen dengan keselamatan agamanya (ad-din), jiwa (an-nafs), akal (al-aql), keturunan (an-nasl), dan harta (al-mal) para pemeluknya mengajarkan agar pemeluknya biasa berkiprah bernegara. Islam mengajarkan: cinta negara adalah indikator ke-imanan yang benar (hubbul wathan, minal iman).

—Buktinya: melakukan salat butuh tempat sujud (masjid, mushalla);  mengeluarkan zakat, berpuasa, dan berhaji butuh tempat (haji bertempat di negara asal, Mekkah dan Madinah. Juga berlangsung di suatu negara). Bagi kita, tempat beramal yaitu NKRI.

—Maka umat Islam dapat beragama baik, hanya di suatu negara. Maka cinta negara, adalah sikap orang yang beriman.

—Mencintai Tanah Air; butuh bukti, dan tak cukup jika hanya berkata saya cinta, yaitu:

—1-Selalu setia pada tetap tegaknya NKRI;

—2-Punya semangat berbakti dan memberi pada NKRI;

—3-Siap membela kapanpun dan dimanapun untuk kepentingan NKRI;

—4-Selalu berpikir: right or wrong is my country; jika sedang wrong selalu berjuang meluruskan;

—5-Memiliki semangat juang bagi tegaknya negara dalam semua sikon kehidupan bernegara

—6-Selalu belajar dari sejarah hidup berbangsa, meneruskan perjuangan para pendahulu kita, dan selalu beri’tikad menjadikan Indonesia ini negara besar, bersih dan berwibawa.

 

Penutup: Rahmat bagi Alam Semesta

—Beragama Islam pada dasarnya adalah untuk hidup damai, tenteram, mantap; diperoleh dari salat khusyuk, berzakat atau sedekah, puasa, dan haji, yakni mengikis semua sifat batin 10, bagi kemenangan diri melawan nafsu diri manusia.

—Melawan radikalisme pada dasarnya, dengan memenangkan diri melawan nafsu mengajak berdusta, berbohong, dendam, benci.

—Mencintai negara adalah pilihan terbaik umat Islam, agar agama dapat eksis utuh dalam hubungan intern umat ber-agama Islam, hubungan antar umat beragama, dan hubungan antar umat beragama dengan pemerintah di NKRI.

—Islam sebagai rahmat: selain wujud pada masa Nabi Saw juga  tepat diwujudkan pada era dan tempat dimanapun, sekarang dan akan datang. Sekian, semoga manfaat, Amin.  Semarang, 28 Maret 2016 (Erf)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *