Menghadirkan J.K. Rowling: dengan Tips Cara Menulis Cerita
Menjelang akhir November ini kita hadirkan seorang penulis puteri yang dikenal sangat produktif. Kita layak tahu bagaimana dia menyampaikan tips-tips menulis ceritanya bagi kita. Joanne Kathleen Rowling atau J.K. Rowling itulah penulis yang telah menciptakan karya dunia Harry Potter. Belum banyak di antara kita yang menyempatkan melihat bagaimana, dia menjadi seorang perempuan yang suksas. Perempuan yang lahir pada 31 Juli 1965, ternyata bukan orang yang hidupnya penyantai, tetapi dia adalah tipe penulis yang tekun dan keras dalam menulis.
Di bawah ini, dapat dikutipkan 10 tips menulisnya seperti yang dikutip dalam website http://www. reading-biograph.com/2012/06/10 yang terdiri dari:
1. Ketekunan.
Rowling mendapatkan ide mengenai Harry Potter pada tahun 1990, dan menghabiskan 17 tahun utk mengerjakannya sebelum dia menyelesaikan seri terakhir novel tersebut, Harry Potter and the Deathly Hallows, pada 2007.
Masa 17 tahun melebihi rentang waktu seorang anak dalam menempuh jenjang Taman Kanak-Kanak sampai SMU. Tips: Kita mungkin saja memulai sebuah proyek menulis dan masanya akan tiba—hari, minggu, atau bulan—yg kita akan merasa bosan, frustasi, bahkan ingin rasanya berteriak meninggalkan itu semua selama-lamanya. Tapi lihatlah jika kita berhasil mengatasi itu. Berpikir menyeluruh.
- Dia menulis biografi di websitenya, ketika berada dalam kereta ketika ide Harry Potter melintas di benaknya.
Pada waktu itu, dia tidak memiliki kertas atau pena, sehingga dalam 40 jam perjalanan dengan kereta itu, yang dia lakukan hanyalah berpikir. Saat itu, Rowling memaksa dirinya untuk terus merenung agar dapat menyimpan setiap detail kisah Harry Potter. “Menurutku, jika saat itu aku langsung menulisnya di kertas, aku justru akan memperlambat segala ide yang muncul.”
Tips: Jangan terlalu cepat menulis sebuah ide. Pikirkan juga struktur, konsep, kesimpulan, dan cara bercerita yang akan kita terapkan sebelum menuliskannya.
Catatan: cara ini termasuk keunikan yang dimiliki oleh Rowling. Sebagian besar penulis justru menulis secara acak setiap idenya di mana dan kapan pun itu, karena khawatir lenyap jika tidak ditulis. Mereka umumnya sama, sering khawatir jika saja ide yang diperolehnya itu terlupakan apabila tidak segera dituliskan.
- Jika ide cerita cukup menarik, teknik menulis bisa menjadi sekunder.
Rowling bukanlah penulis sekaliber Ernest Hemingway. Harry Potter dan Batu Bertuah bukan pula judul yang melegenda seperti, misalnya, di Indonesia orang banyak mengenal wiracarita Ramayana. Tulisan di novel pertamanya itu lebih mirip catatan jalan-jalan biasa. Tapi kalau kita melihat ide ceritanya, boleh jadi tak akan banyak orang yang bisa menyamainya.
Tips: Kalau kita memiliki sebuah kisah yang menarik, ceritakanlah. Orang lebih tertarik pada ide cerita terlebih dahulu, meskipun jika kita juga memiliki kemampuan menulis yang memadai, cerita itu akan lebih menarik lagi.
- Keyakinan diri.
Pada saat memulai Harry Potter, Rowling adalah single mother yang harus berjuang menafkahi diri dan anaknya. Dia tak memiliki koneksi dengan industri penerbit, juga wadah untuk melakukan itu semua.
Tips: Dibutuhkan ketekunan, gairah, dan kenekatan si kecil Harry Potter untuk membuat diri kita cukup yakin dalam menembus dunia penerbit sebagai penulis pemula. Hal ini berbeda dengan kecenderungan penulis pemula yang lain, dimana mereka justru hanya bermodal nekat dan terburu-buru menyerahkan naskah kepada penerbit seolah akan menerbitkannya di sebuah website atau blog saja.
Ingat, Rowling menyelesaikan Harry Potter selama kurang lebih 17 tahun, dan selama itu pula ia mengasuh anaknya tanpa seorang suami.
- Menulis ketika sedang bersemangat.
Rowling lebih suka menulis di sepanjang malam, atau di café-café yang sepi sambil mendengarkan musik. Hal itu membuatnya tenggelam dalam imajinasi. Ketika menyelesaikan “Deathly Hallows”, dia menyewa sebuah kamar hotel sehingga dia bisa menulis akhir cerita tanpa gangguan sedikit pun.
Tips: Kita mungkin tak sanggup menyewa sebuah kamar hotel atau menulis semalaman suntuk, terlebih lagi jika memiliki kegiatan rutin di pagi hari. Namun, kita bisa menyusun jadwal sehingga nantinya akan menulis dengan energi yang optimal, kapan dan di mana kita berada.
- Jangan khawatir menciptakan cerita yang rumit.
Serial Harry Potter memiliki setumpuk karakter, subplot, dan tema—semuanya ditujukan untuk membuat novel fantasi anak-anak.
Tips: Berikan kepada pembaca kita—meski hanya seorang anak—pengakuan terhadap kecerdasan mereka. Jangan membisu dengan ide-ide atau tulisan kita sendiri.
- Sisakan beberapa hal.
Rowling mengungkapkan dalam 2007 British documentary ketika pembukaan film Harry Potter and the Half Blood Prince. Dia menjelaskan mengenai detail-detail yang tak pernah ia buat dari beberapa karakter novelnya, termasuk kisah latar belakang dan apa yang terjadi pada mereka setelah serial Harry Potter berakhir (meskipun para fans memperbincangkan semua itu secara terus menerus).
Tips: Pilihlah sebanyak mungkin detail untuk cerita yang akan kita buat, kutipan-kutipan termanis, tempat, kemudian tinggalkan itu semua ketika kita telah selesai menuliskan cerita. Dengan demikian, pembaca kita akan terus bertanya-tanya dan memperbincangkan cerita yang telah kita tulis.
- Menulis apa yang kita cintai.
Rowling jelas begitu mencintai dunia Harry Potter. Dia tak mau menggambarkan bagaimana silsilah keluarga yg ditampilkan oleh British TV documentary ttg siapa yg akan dinikahi oleh Harry, Ron, dan Hermione stlh novel selesai.
Tips: Nikmati apa yang kita lakukan dan bagaimana kita mengerjakannya. Jika tidak, mengapa kita melakukannya, bukan?
- Bersahabatlah dengan pembaca kita.
Rowling selalu “ngeblog” sebelum dan setelah menulis Deathly Hallows shg para pembacanya bisa mengetahui cukup informasi ttg dirinya dan bukunya. Di samping penandatanganan buku dan penampilan resmi di berbagai kegiatan, Rowling juga melakukan tanya-jawab dgn orang-orang yg menjalankan website penggemar dirinya.
Tips: Kita hidup di zaman media interaktif. Jika kita menjadi penulis, kita membutuhkan hubungan-hubungan yang baik dengan pembaca kita, entah itu di blog, twitter, penandatanganan buku, dll. Berdasarkan apa yang kita lakukan, kita bisa menggunakan interaksi tersebut untuk membentuk apa yang akan kita tulis selanjutnya.
- Iseng melakukan sesuatu.
Setelah berhenti merokok, Rowling sering memainkan Minesweeper, sebuah game dalam bundel Microsoft (Windows), ketika ia membutuhkan rehat sejenak. Rowling seringkali menyombongkan diri di blognya jika telah mencapai level tertinggi dari permainan itu.
Tips: Jika Rowling bisa bermain games komputer untuk menenangkan mental, kita juga bisa memeriksa twitter atau facebook untuk rehat sejenak dari kegiatan menulis.
Rekaman Lain
Selain 10 tips di atas, ada pola rekam lain yang sempat dikelola dengan tips pendek yang lebih mudah dari versi di atas. Penulis Website Femina (http://www.femina.co.id) misalnya menulis dengan tips-tips lebih ringkas adalah sebagai berikut.
1– Tulislah kapanpun Anda sempat.
Salah satu quote J.K. Rowling yang cukup terkenal: “Kadangkala Anda harus menyempatkan diri menyelesaikan tulisan Anda, diselipkan-selipkan di antara kesibukan Anda.”
2- Buatlah perencanaan.
Sebelum mulai membuat Bab 1, paragraph pertama, J.K. Rowling menyarankan agar kita membuat perencanaan terlebih dahulu. Rowling membutuhkan waktu 5 tahun hanya untuk membuat dan mengembangkan setiap detail dari dunia Harry Potter sebelum menuangannya ke dalam kalimat demi kalimat. Bagaimana penyihir dan muggles berinteraksi, seperti apa sekolahnya, bagaimana sihir bisa masuk ke dalam keseharian, dan lainnya.
3- Jangan segan untuk menulis ulang.
Rowling tidak menulis Harry Potter sekali jadi. Dia tulis ulang bagian opening dari buku pertamanya sebanyak 15 kali. Untuk membutuhkan sebuah karya yang bagus, ada proses yang berat yang harus dilalui.
4- Hati hati dengan Plot.
Walaupun Anda sudah tahu apa yang akan terjadi pada karakter Anda dalam sekuel berikutnya, tapi pembaca Anda belum tahu. Simpan plot itu baik-baik dan beri kejutan pada pembaca.
5- Tulis Passion Anda.
Salah satu quote J.K. Rowling adalah “What you write becomes who you are… So make sure you love what you write!” Alasan kenapa buku Harry Potter begitu memukau adalah kita bisa menangkap bahwa Rowling benar-benar mencintai dunia ciptaannya, dan karakter-karakter di dalamnya.
Tips-tips dari J.K. Rowling sangat menyentuh kita bukan. Ternyata ketekunan dan kesiagaan kita untuk bekerja dalam jangka waktu yang panjang adalah masa yang layak ditempuh bagi lahirnya suatu karya monumental. Kita dapat mengingat bersama, bahwa Imam al-Bukhari ternyata menyusun shahih al-Bukhari memperoleh data di lapapangan dalam masa selama 16 tahun, yang akhirnya menghasilkan kitab yang sangat manfaat itu. Bagaimana kita akan meniru jejaknya atau justru mau menyainginya. Bismillah (Erfan Subahar).