Mengisi Aktivitas Hidup Harian Yang Manfaat: Versus Duduk Pasif di Kursi Malas
Hidup di pikiran orang yang beriman disadari akan berlangsung di dua alam, atau di dua negeri, yaitu negeri dunia dan negeri akhirat. Hidup di negeri dunia masing-masing dibatasi oleh waktu, antara 60-100-san. Sedang Hidup di akhirat adalah abadi, apakah 100 milyar tahun atau 1000 tahun atau 1.000.000.000 milyar tahun atau lebih tidak ada yang persis tahun.
Hidup Sekarang Buat Kebajikan
Di bawah ini, ada gambaran tenang kehidupan di atas usia 58 yang di tulis oleh kawan-kawan yang sudah pensiaun. Sengaja saya kutip utuh dan bebas. Lalu setelahnya kita mencoba belajar menyarikan apa yang bermanfaat bagi hidup ini.
Sebuah artikel menyebutkan sbb ini.
Kita sudah terpola untuk berpikir ingin hidup tenang di hari tua, duduk-duduk tanpa beban, hanya bermain dengan cucu, jalan-jalan ke sana ke mari>
Kita ingin hidup di zona nyaman….
Atau kita hanya berpikir menghabiskan masa tua
hanya dengan shalat dan membaca Quran dari waktu ke waktu, tanpa kegiatan lain.
Itulah mindset kita itulah fenomena yang terjadi di sekitar kita…?!
Ketika kita belum memasuki usia pensiun,
baru mendekati atau memasuki usia 40 tahun,
kita kerap sudah merasa bukan saatnya untuk aktif..
Kita kehilangan gairah….
Bahkan mungkin kehilangan arah:
mau apa….,
mau ke mana…,
untuk apa…?
Hanya ingin hidup tenang di zona nyaman…
Hanya ingin bersenang-senang, tak ingin bergerak..
Kita bahkan cenderung hanya ingin memikirkan diri sendiri,
makin tak peduli….
Kita merasa sudah saatnya istirahat..!!
Tetapi…,
adakah Islam mengajarkan pola pikir semacam itu tentang hari tua..?
Ingatlah…,
Rasulullah memulai hidup baru di usia 40 tahun
Demikian pula sahabat-sahabat beliau, seperti
Abu Bakar Siddiq yang lebih muda 2 tahun enam bulan dibandingRasulullah
Di usia itu,
Rasulullah dan para sahabat memasuki perjuangan baru,
meninggalkan kenyamanan yang selama ini mereka rasakan…
Harta,
mereka infaqkan..
Martabat manusia
mereka perjuangkan
Bukannya bersantai dan stagnan,
mereka makin aktif dan dinamis….!!!
Di usia tua Rasulullah
tidak sibuk dengan shalat dan membaca Quran saja…!!!,
Mulai usia 53 tahun justru beliau makin aktif membina hubungan dengan sesama manusia. Membangun Negara yang diatur dengan Islam yang Kaffah di Madinah.
Tidak hanya hubungan dengan Allah, tapi juga hubungan dengan manusia
Beliau makin bermasyarakat
makin terlibat dalam kehidupan sosiaL bahkan bernegara
Artinya….,
memasuki usia pensiun
bukan alasan kita untuk melepaskan diri dari kehidupan sosial dan hanya sibuk dengan diri sendiri…
Hingga akhir hayat, Rasulullah…
tidak pernah diam dan tidak juga ingin beristirahat….
Beliau juga tidak meninggal dalam keadaan kaya,
tidak dalam keadaan pensiun karena beliau tetap memimpin umatnya
Pensiunnya beliau adalah kematian….
Begitu juga sahabat-sahabat Rasulullah yang lain…
Saya pribadi belum pernah mendengar sahabat Rasulullah pensiun ketika wafat
Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, contohnya.
Bahkan Abu Ayyub al-Anshari brgkt mnghadapi Byzantium pd usia 93 tahun.
Konsep pensiun yang umum dipahami masyarakat membuat kita lupa bahwa bertambah usia itu berarti kesempatan hidup kita makin berkurang…..!!!
Manusia sukses versi Islam itu menurut hadist adalah,
“Manusia terbaik di antaramu adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain..!!!”
Bertambah usia…,
kita harus makin merambah dunia berbagi dan menjadi sosok bermanfaat,
bukan berpikir untuk hidup santai dan sekadar menghabiskan waktu dengan hal-hal tak jelas…!
Lagipula,
makin pasif seseorang
makin cepat pikunlah dia.
AlhasiL…..,
jika memang kita ingin mempersiapkan hari tua,
selain menyiapkan “uang” agar tidak berkekurangan…,
yang lebih penting adalah menyiapkan apa yang bisa kita lakukan..
agar kita bisa bermanfaat bagi sesama di hari tua,
sampai hari kita menutup mata…
Tak ada kata terlambat untuk memulai hidup baru.
Tua,
bukan alasan untuk putus asa
Merasa tua dan berpikir bukan saatnya untuk hidup aktif dan dinamis
sepertinya bukan pilihan yang tepat..!
Justru,
kita harus lebih hidup dan bersemangat
Tidak ada kata pensiun untuk menjadi manusia sukses di mata Allah.
Harta tidak kita bawa mati, hanya amal kebaikan kita yang bisa menemani..
https://t.me/joinchat/I3Dc3Q-zmmc0
Hidup Lebih Manfaat
Kutipan panjang di atas mengajak kita sama membaca. Dan terus perlu memupuk diri dengan kesukaan membaca plus. Supaya tidak keliru ketika membuat keputusan yang tak lain dari pilihan hidup di usia pensiun, yaitu hidup setelah usia 58, atau usia 60, atau usia 65.
Mesti diingat, bahwa hidup yang bermakna adalah kita selalu hidup di hari ini dengan selalu mengisi waktu dengan amal-amal yang manfaat serta lebih manfaat, karena dengan demikianlah maka hidup ini bermakna. Berbuat yang baik dan terus lebih baik bagi diri dan lingkungan kita (Erfan Subahar)