Pak Ali Siswanto: Muslim Keturunan Itu Telah Berpulang
Tidak saya duga sebelumnya, bila ceramah yang saya tangani di Acara Cahaya Imani, yang dilaksanakan di RRI Programa Empat itu memiliki peminat dari sesepuh Muslim Keturunan. Karena setelah dua tahun saya isi (mulai tahun 2013), tiba-tiba ada telpon dari orang sepuh; dari Muslim Keturunan. Namanya Pak Ali Siswanto. Selain dengan tekun beliau menyimak ceramah kami di RRI, beliau dari telponnya, meminta saya sering-sering singgah ke rumah berdialog tentang ajaran agama.
Suka Duka Dalam Agama
Menurutnya, dia masuk ke dalam Islam, bersamaan dengan sejumlah kawannya berangkat berziarah ke Sunan Muria. Di situlah Paksis ini, menurutnya mendapatkan bisikan khusus. Menurut pengakuannya, dia dirangkul ketika itu oleh orang yang berjubah putih, dan menerima penyampaian dalam banyak hal. Diakuinya, bahwa orang yang merangkulnya itu adalah bernama Sunan Muria Kudus.
Dari situ Pak Ali, demikian panggilan singkatnya, merasa ada sesuatu dalam dirinya yang menyakinkannya untuk langsung saja menyaksikan dua kalimah syahadat. Masuk Islam.
Dia masuk Islam bersama Istrinya. Namun, sayang istrinya ketika sakit, menurut penjelasan dari beberapa orang, didekati oleh banyak kalangan agama lain, sehingga dia tidak sempat meninggal secara jelas sosoknya. Dan repotnya, dia akhirnya dikuburkan secara agama non-Muslim.
Padahal, menurut pengakuannya, sang istri meninggal dalam keadaan menyaksian dua kalimah syahadah, “Asyhadu Anlaa Ilaaha Illallaah wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasuulullaah.”
Sempat Nelpon, Sakit, Meninggal
Pada saat Jum’at, dimana familiki Kami H. Nur Badri saat ini meninggal, saya ditelpon oleh Pak Ali. Dalam telponnya, dia minta saya datang ke rumahnya, karena dia sudah sangat sukar untuk duduk. Dia sedang sakit, sukar untuk salat berdiri. Duduk saja juga sudah sukar.
Baru hari Ahadnya, saya bisa hadir ke rumahnya. Dia sudah dalam keadaan, bisa berdialog dalam pembicaraan, sedang tubuhnya terutama yang belahan kiri, sudah sakit.
Dia bertanya tentang tiga hal;
1- Bolehkah dia dikubur bersama istrinya?
2- Apa Istighfar itu Pak?
3- Saya baiknya membaca apa ketika begini?
Sementara itu, istri saya Lathifah, cukup membaca tanda-tanda. Bahwa telingat Pak Ali sudah menutup ke dalam.
Beliau sudah minta salam kepada saya. Dan saya sempat bersalaman. Baru saya pamit pulang.
Saya pada saat itu, karena pertanyaan sudah terjawab. Pertama, bahwa kuburnya lebih baik di kuburan Islam saja. Allah nanti, kalau amal kita sama baik, akan mempertemukan Pak Ali dengan istrinya. Dia pun setuju meninggal di kuburan Islam. Kedua, bahwa istighfar adalah bacaan yang terkait dengan tobat seseorang kepada sang penciptanya. Dia hanya lupa bahwa itu namanya istighfar, sedang dalam kegiatan sehari-hari Pak Ali, dudah biasa membaca istighfar 1000, juga 1000 sholawat, dan 100 kali Surah al-Ikhlas. Selain salat lima waktu, dia biasa tahajud, dan salat dhuha 12 rakaat. Ketiga, dia saya suruh cara terus dan sempat dituntun oleh pembantunya untuk membaca Allah…Allah…Allah dan Laa Ilaaha Illallaah. Diselingin dengan shalawaat.
Pada hari Rabu malam, pukul 22.00 WIB, saya ditelpon oleh Pembantunya, bahwa pada malam itu Pak Ali Siswanto sudah berpulang ke Rahmatullah.
Disusul lagi dengan telpon berikutnya, bahwa beliau akan dikebumikan pada hari Kamis, pukul 10.00 WIB.
Saya syukurlah, dapat hadir pada proses upacara menjelang pemberangkatan jenazah. Sempat menyalati jenazahnya. Menyambut ketika akan memberangkatkan jenazahnya. Dan sempat menyaksikan penguburannya, dan mendoakannya setelah ditalqini.
Pada pukul 11.00 WIB, Penguburan di Berguto II sudah selesai. Dan kamipun pamit, kepada semua keluarganya, yang juga mengantarkan ketika itu (Erfan S).