Beliau Diwafatkan Allah Swt Dalam Usia Panjang (1)
Keadilan Allah Swt dapat dilihat dalam banyak momentum. Salah satunya adalah dapat disaksikan dalam peristiwa kematian tokoh, yang dipanjang kan oleh Allah akhir batas usianya.
Famili di Kediri dan Bondowoso
Di Kediri, usia Panjang dapat disaksikan ketika masa wafat Canggah kami, Si Embah Jenur, begitu famili sama memanggil beliau. Canggah putri ini wafat, konon dalam usia di atas seratus tahun. Sehari-harinya, canggah Jenur memang menjaga baik-baik santapan haria beliau, kecuali satu yang banyak berbeda dengan kebanyakan kita, sehingga hingga akhir usianya beliau tetap dalam keadaan bugar.
Namun, beliau punya keunikan. “Suka menyantap sate dan daging kambing sampai usia sembilan puluhan, dengan nyaman dan tanpa hambatan,” seperti banyak disaksikan putera-puteri dan para cucu-cicit beliau.
Di kalangan keluarga Bondowoso, banyak kita saksikan beliau yang usianya mencapai di atas sembilan puluh. Pertama, Pakde Abdul Gani adalah putera Kiai Muchtar yang wafat di usia 95 tahun. Pensiunan Sekretaris Residen ini, di masa pensiunnya tidak suka diam. Selain tetap suka berceramah di masjid dan mushalla yang dibinanya, beliau kalau pagi suka memegang sapu lidi dan membersihan sampai begitu bersih halaman rumah beliau.
Kedua, Adiknya Pakde Husein Dipotruno adalah pensiunan Pembantu Gubernur Jawa Timur. Beliau yang tinggal di daerah Sidoarjo itu, wafat dalam usia 94 tahun, wafat lebih pendek satu tahun dibanding kakak kandungnya. Sepeninggal istri pertamanya, beliau masih sempat beristri dua orang, yang masing-masing meninggal sebelum beliau sendiri berpulang ke hadirat-Nya. Penulis, sewaktu berkesempatan kuliah di IAIN Sunan Ampel, yang lalu pindah setelah beberapa semester, sempat menerima banyak arahan dan bimbingan beliau, terutama berkenaan dengan bagaimana orang bisa hidup berkah; dapat hidup cerdas dengan memperbanyak salawat, serta bagaimana orang dapat menghadapi hidup tenang dan dinamis dengan mengamalkan filosofi Ibu.
Ketiga, Abdul Kadir Muchtar adalah adik Pakde Husein yang meninggal pada usia 94 tahun juga. Beliau yang mantan Kepala Kemenag Kabuparen Banyuwangi yang cukup lama juga bertugas di Kabupaten Jember, sempat menyampaikan kepada penulis, bagaimana baiknya orang hidup sehat dan berprestasi itu. Misalnya, hidup itu menurut beliau perlu dilalui dengan mereguk pengalaman melalui banyak membaca dan menulis pengalaman dari bahan yang dibacanya. Beliau mengatakan hal itu dengan mencontohkan apa saja bahan bacaan yang suka beliau baca seperti tentang tokoh-tokoh, biasa berlangganan bacaan majalah dan surat kabar, dan suka menulis walau hanya untuk di share kepada para kawan akrab beliau yang pernah bersamanya ketika di Pendidikan PHIN doeloe. Pengalaman berorganisasi menurut beliau manfaat untuk mengisi hidup anugerah Allah ini. Dan, sehari-hari, menurut beliau, “kita ini perlu suka berjalan terutama menuju masjid untuk melakukan salat berjamaah,” ungkapnya. Dan penulis, setiap silaturahmi ke rumah beliau, ketika sudah tiba waktu adzan diajak untuk berjamaah bersama beliau di masjid, sekitar beberapa ratus meter dari rumah beliau.