Hadis Ke-5a Tentang Persaudaraan Dalam Islam
Ada satu hal yang tepat untuk selalu disyukuri di dalam ajaran agama, yaitu adanya patokan dalam hidup bersaudara. Patokan hidup bersaudara dalam beragama biasa dikenal dengan Konsepsi Persaudaraan Islam. Dengan adanya konsepsi atau patokan ini, kita tidak hanya mengenal adanya pegangan ketika kita menjalin persaudaan, melainkan juga dalam hal-hal yang lain yang lebih luas, dalam memiliki patokan di dalam melakukan interaksi persaudaraan yang wilayahnya begitu luas, seluas cakupan pemeluk agama Islam.
Untuk hal yang dimaksud ini, ada baiknya kita membuka teks hadis-hadis Nabi saw, sebagaimana yang dapat dikutip berikut ini.
Hadis dan Terjemah
- Hadis tentang orang Muslim itu bersudara
عَنْ عَبْدِ ا للهِ بْنِ عُمَرَ رَضِى الله عَنْهُمَا اَنٌّ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ قالَ الْمُسْلِمُ أَخُوْ الْمُسْلِمِ لا يَضْلِمُهُ وَلا يُسْلِمُهُ وَمَنْ كاَنَ فِي حَاجَةِ أخِيْهِ كَانَ اللهُ فِي حَاجَتِهِ ( أخرجه البخاري)
Dari Abdullah ibn Umar r.a. [dia meriwayatkan], bahwa Rasul saw bersabda: “seorang muslim adalah saudara bagi seorang muslim yang lain, yang tidak boleh mengania saudara muslimnya dan juga tidak boleh menyerahkan saudara muslim itu kepada musuh. Dan sesiapa meringankan seorang muslim dari kesulitan maka Allah akan memenuhi kebutuhanya. (H.R al-Bukhari).
2. Hadis Abu Musa tentang Mukmin itu ibarat bangunan
عَنْ أَبِي مُوسَى عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أِنَّ الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ (أخرجه البخاري
Dari Abu Musa, dari Nabi saw beliau bersabda: “Sesungguhnya orang mukmin satu bagi mukmin yang lain adalah ibarat satu bangunan, yang satu bagian memperkuat bagian yang lain, dan beliau menyelipkan jari-jari [ngapurancang] satu jari tangan nya dengan jari tangan yang lain (H.R. al-Bukhari).
3. Hadis Ibn Mas’ud tentang larangan memaki dan membunuh muslim
عَنْ عَبْدِاللهِ مَسْعُوْدٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوْقٌ وَقِتَا لُهُ كُفْرٌ البخاري) أخرجه
Dari Abdullah ibn Mas’ud, dia berkata, Rasul saw bersabda : “Memaki seorang muslim adalah fasik dan membunuhnya adalah kafir”(HR al-Bukhari).
4. Hadis Abu Hurairah tentang kewajiban muslim terhadap muslim lain
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قاَلَ حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ أِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَأِذَا دَعَاكَ فَأَ جِبْهُ وَأِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَأِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ وَأِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَأِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ ( أخرجه مسلم)
Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata bahwa Rasul saw bersabda : ”Hak seorang muslim terhadap sesama muslim itu ada enam: (1) jika Anda bertemu dengannya maka ucapkanlah salam atasnya, (2) jika dia mengundang Anda maka penuhilah undangnnya, (3) jika dia meminta nasihat kepada Anda maka berilah nasihat padanya, (4) jika dia bersin dan mengucapkan Alhamdulillah maka doakanlah dengan yarhamukallah, (5) jika dia sakit maka jenguk (besuk) lah, dan (6) jika dia meninggal dunia maka antarkanlah jenazahnya.” ( H.R. Muslim)
Umat Muslim itu bersaudara
Umat Islam pada dasarnya adalah bersaudara. Antara satu muslim dengan muslim lain, atau antara satu kelompok dengan kelompok atau komunitas lain mesti akrab, artinya tidak boleh satu kelompok memisah diri dari kelompok lain, baik dengan cara mengolok-olok atau menyakini. Yang mesti diperbuat, misalnya adalah saling melindungi, menghibur, dan membantu, jauh dari aktivitas menghina, mengejek, saling melemahkan, apatahlagi menjatuhkan. Seharusnya ia berbuat baik kepada mereka, baik kepada yang salih maupun kepada yang banyak kelirunya, termasuk yang jahat. Misalnya, dia mesti bergaul dengan orang miskin dan anak yatim. Dia mestilah hormat terhadap mereka dan berlapang dada kalau mereka bertindak kasar kepadanya. Jika mereka marah, kita tidak boleh memutuskan hubungan. Kewajiban seorang muslim adalah menyenangkan orang lain dan memenuhi keperluan mereka, ini adalah amal yang besar nilai moralnya.
Secara bahasa, ukhuwah Islamiyah berarti persaudaraan Islam. Sedangkan secara istilah, ukhuwah islamiyah adalah kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa yang menumbuhkan perasaan kasih sayang, persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap saudara seakidah. Dengan berukhuwah akan timbul sikap saling menolong, saling pengertian, dan tidak menzhalimi harta maupun kehormatan orang lain yang semua itu muncul karena Allah semata. Hal ini juga terdapat dalam Surah Al-Hujarat ayat 10
Artinya : orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.(Qs Al-hujurat : 10)
1. Bila bertemu bertegur sama: menyampaikan atau menjawab salam
Menyambung tali persaudaraan atau kekeluargaan bukanlah sekedar mengimbangi kebajikan yang telah dilakukan sanak keluarga akan tetapi penyambung tali kekeluargaan adalah orang yang ketika ada keluarga yang karena suatu sebab telah memutuskan hubungan kekeluargaan dengannya, dia sanggup dan bersedia untuk memperbaiki dan menyambung tali yang telah diputuskan tersebut. Suatu kasih sayang atau kekeluargaan itu akan tergantung di Arsy, siapa yang menyambungnya, maka Allah akan menyambungnya dan siapa yang memutuskannya maka Allah juga akan memutuskannya.
Manusia hanya akan menjadi seperti apa yang dia usahakan, demikian pula dengan jalinan tali kasih dalam pergaulan, ketika seseorang mempererat tali kekeluargaan maka tali itu akan menjadi lekat dan kuat, akan tetapi sebaliknya ketika dia mengupayakan untuk memutuskan tali tersebut maka akan hilanglah keharmonisan sebuah persahabatan atau persaudaraan, sehingga yang tinggal hanyalah kegalauan dalam hidup karena ketika seseorang memutuskan hubungan dengan keluarga maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya. Ketika Allah telah memutuskan hubungan dengan hambaNya, maka tidak ada yang terjadi pada diri seorang hamba kecuali suatu penderitaan, dan jika seorang hamba memiliki hubungan yang harmonis dengan Allah sebagai pencipta maka hanya kebahagiaan dan ketentraman yang akan dirasakan.
2. Profil persaudaraan Islam itu ibarat bangunan
Profil persaudaraan itu adalah ibarat sebuah bangunan yang utuh. Syahadat, menjadi landasan persaudaraan yang menjadi perekat kuat dari bangunan persaudaraan. Dari manapun asal saudara kita, yang tentunya berbeda suku bangsa, warna kulit, juga bahasa bukan masalah, karena kita bersatu dalam tali Allah dan Rasul-Nya. Kita adalah seudara seagama, yang mesti saling mendekat dan bisa akrab. Syahadat adalah bendera Muslim sedunia, yang mengatasi sekat-sekat bangsa ataupun asal usul. Melalui ikatan kuat syahadat, berdiri tegaklah kekuatan Islam baik bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, maupun budaya. Antara kekuatan satu dengan yang lain, saling melengkapi, saling memperkokoh; tahan terhadap godaan yang ingin merobohkan, serta dirinya tidak maupun diobok-obot, apalagi dielus-elus untuk diadu dengan sesama muslim. Sebab antara muslim dengan yang lain, setidaknya dalam setiap hari tidak kurang dari 5 kali, disatukan dengan Baitullah sebagai pusat kekuatannya. Shalat mereka menyatu di Baitullah, dengan simbul ghaibnya lambang ka’bah. Tentu Nur Muhammadlah, yang menjadi pemersatunya, yang akan terus menguatkan kita. Allah Swt sebagai pemberi kekuatan dan perlindungan di antara pelbagai umat Islam sedunia. Allah Swt hakikat tujuan kita, Pelindung kita, kapan pun dan dimana pun kita berada. Seluruh Muslim berasal dari-Nya, dan akan dikembalikan ke hadapan-Nya.
3. Sesama mualim pantang memaki dan apalagi membunuh
Memaki atau mengumpat muslim lain adalah membuat aib dan mencoreng kehormatan. Karena itu, memperkatakan diri dengan cara yang menyinggung perasaan, menyakiti hati orang lain, adalah adalah suatu kelemahan dan sekaligus suatu kefasikan diri, yang menyimpang dari kebenaran. Lebih-lebih hingga membunuh seorang muslim, atau saling membunuh sesama muslim, adalah suatu kekufuran, yang diterima akal bagi bangunan keislaman. Dalam hadis ini dapat juga dimaknai, bahwa membunuh orang yang tidak dihalalkan oleh agama dapat membawa kepada kekafiran, lantaran membunuh itu perbuatan yang sangat keji dan disamakan atau diserupakan dengan kekafiran walaupun tidak keluar dari islam.
4. Enam Etika Muslim dalam pergaulan
Selain hal di atas, ada enam etika internal muslim yang mesti diwujudkan dalam pergaulan dengan sesama muslim. Jika sebelum ini kita belum melakukan ini, semoga saja itu sebab ketidak-tahuan dan belum muncul penuh menjadi kesadaran, sehingga setelah ini diketahui, maka akan menjadi penyebab kita ini bersatu diri, dan menerapkan enam etika pergaulan berikut ini.
Pertama, Menjawab salam
Mengucapkan salam ketika bertemu dengan muslim lainnya, dan perintah mengawali salam itu wajib. Menurut Imam ibnu Abdul Bari mengawali salam itu sunah dan menjawab salam hukumnya wajib. Menebarkan salam kepada orang yang dikenal atau tidak, akan menumbuhkan rasa cinta atau sayang sesama muslim. Kata السلام itu merupakan bagian dari asma Allah, ketika kita mengucapkan السلام عليكم itu berarti semoga engkau dalam bimbingan Allah. Adapun ucapan salam yang sempurna adalah السلام عليكم ورحمة الله وبركاته . Ketika seorang musalim mendapatkan salam, wajib ‘ain untuk menjawabnya tetapi ketika musalim bersama muslim lainnya wajib kifayah untuk menjawab salam.
Kedua, Ketika diundang wajib datang atau memenuhinya
Memenuhi undangan itu wajib dipenuhi oleh setiap yang diundang. Namun, ulama merinci atau mengkhususkan ketentuan wajib ini pada undangan walimah dan yang sejenisnya. Apabila ada dua undangan dalam waktu yang sama, undangan yang pertama diterima wajib untuk dipenuhi sedangkan yang kedua sunah untuk dipenuhi.
Ketiga, Memberi nasehat ketika diminta
Dari segi zhariyah, memberi nasehat itu wajib ketika diminta untuk menasehati saja. Nasihat yang dimaksud di sini, adalah memberi nasihat berupa hal-hal yang mengarah kepada yang ma’ruf dan berisi larangan melakukan yang mungkar (nahi munkar) dan nasihat itu tidak boleh menjerumuskan ke dalam hal yang negatif.
Keempat, Mendoakan kebagusan untuk orang yang bersin dan memuji kepada Allah.
Etika orang yang bersin adalah menutup hidung dan memelankan suaranya. Ketika ada muslim laki-laki yang bersin dan mengucap hamdalah maka orang yang mendengarnya sunah menjawab يَرْحَمُكَ اللَه. Jika perempuan, يَرْحَمُكِ اللّه. Kemudian orang yang bersin tadi mengucapkan yahdikumullah. Kemudian malaikat juga ikut mendoakan dengan mengucap رَحِمَكُ اللّه atau رَحِمَكِ اللّه. Apabila orang yang bersin tidak mengucapkan hamdalah maka makruh untuk menjawabnya.
Kelima, Menjenguk orang sakit.
Menjenguk orang sakit hukumnya sunah, khususnya saudara atau tetangga, guru-guru, teman.
Maka jika seorang muslim mendengar salah satu dari mereka sakit, menjenguk si sakit dapat berupa menjenguk untuk mengetahui bagaimana keadaan dia dan untuk menghiburnya dan mendoakan bagi kesembuhannya.
Keenam, Mengantarkan Jenazah orang yang meninggal.
Ketika ada seorang muslim yang meninggal maka hendak mengucapkan ungkapan yang sudah lazim disamppaikan yaitu: أِنَّا للّهِ وَأِنَّا أِلَيْهِ رَا جِعُوْ نdan berkunjung untuk menyatakan berduka cita kepada keluarga yang ditinggalkan serta mengurangi beban yang ditinggalkan dengan menghiburnya bahwa setiap musibah pasti ada hikmah. Tentu yang terakhir ini adalah dilakukan oleh orang yang hidup kepada yang meninggal, karena persaudaraan sesama muslim itu duniawi dan ukhrawi. Jadi, ketika seseorang muslim sudah meninggal dunia pun persaudaraan itu tidak putus, sehingga melakukan ta’ziyah adalah suatu tugas persaudaraan dari yang masih hidup kepada yang meninggal dunia (Moh. Erfan Soebahar).