Oleh-Oleh dari Negeri Kanguru (2)
Di Australia yang berpenduduk 23 juta, agama dapat hidup dengan baik. Negerinya memang sekuler, tetapi kesekuleran Australia beda dengan sekulernya Amerika Serikat. Jika Sekulernya Amerika negara tidak mengurusi agama, yang mempunyai arti negara tidak boleh membiayai kegiatan keagamaan, di Australia negara diperbolehkan membiayai kegiatan keagamaan sepanjang tidak dipergunakan untuk kepentingan bisnis. Dari situ, agama-agama dapat hidup di negeri ini, demikian juga agama Islam.
1. Penduduk Muslim Australia antara 2-5%
Menurut sumber yang dapat dipercaya, jumlah penduduk muslim secara umumnya dikenal dua persen. Namun, angka ini adalah angka yang pengakuan yang tertulis. Padahal yang benar, jelas lebih dari dua persen. Diperkirakan, jumlah yang mendekati benar adalah sekitar lima persen. Hal itu, dikarenakan naik turunnya kondisi sosial-keagamaan yang akhirnya membawa banyak muslim Australia kurang terbuka, dalam menuliskan Islam dalam catatan fakta diri secara tertulis.
Tampaknya, ada ketidakkompakan muslim di Australia sejauh ini. Walaupun ini tidak mesti memiliki arti, bahwa muslim di Australia tidak kuat. Sebab muslim di Australia dalam kegiatannya memang tampak. Di Universitas Queensland saja, walaupun dari segi pakaian, terkesan tidak teratur, suasana kehidupan di sini berjalan tangkas dan gesit, termasuk kegiatan keagamaan.
Terbukti, dalam ritual harian, salat lima waktu berjalan dengan lancar di kampus ini. Mahasiswa dalam waktu-waktu zhuhur dan ashar, kita lihat keluar masuk melaksanakan salat lima waktu di gedung Multi Faith. Sapaan-sapaan di antara mereka, sesama muslim, begitu kelihatan rasa persaudaraannya satu sama yang lain. Keakraban tampak di sana sini dalam bertegur sapa, ketika bertemu kembali, atau ketika duduk saling bernostalgia, menerawang ke negaranya masing-masing.
2. Persaudaraan Muslim antara mantap dan redup
Ketika bertemu dengan sesama Islam, terutama yang berasal dari Indonesia, di sini terasa begitu akrab. Bahkan keakraban itu bukan hanya terlihat dalam keseharian dalam bergaul dan saling bantu antara satu dengan yang lain, melainkan sudah sampai ke tahap perlunya kita sesama Islam saling memperteguh diri. Misalnya, NU (Nahdlatul Ulama) di sini pernah, disebut-sebut memberikan peluang bagi saudaranya yaitu Muhammadiyah, untuk juga bisa hidup di Australia. Walhasil, untuk maksud itu, NU pernah ikut memprakarsai bagi lahirnya Muhammadiyah di Australia, sehingga itu betul- betul menjadi kenyataan berdirinya Muhammadiyah di Australia.
Bagi memikirkan hidupnya aktivitas kemahasiswaan dan Islam di Australia, paling tidak disebut-sebut di sini di kalangan mahasiswa ada yang digunakan saluran untuk berakti- vitas. Misalnya, PPIA yaitu Persatuan Pelajar Indonesia Australia, yang selain banyak ber aktivitas di sekitar kegiatan kemahasiswaan dan keindonesiaan, tapi juga keagamaan di kalangan mahasiswa di kampus. Ada juga Liqa atau Halaqah, yang mempelajari Islam lebih intensip namun banyak dibawa ke suasana politik, seperti ke PKS. Dan lembaga lain nya, yang bisa saja belum dapat direkam dalam catatan ini. Kelihatannya untuk antar muslim di Indonesia, dapat hidup mantap di negeri Kanguru ini.
Namun, tatkala dihubungkan dengan muslim antar negara, kondisinya sekali tempo tampak baik, tetapi pada kesempatan lain kelihatan tidak menyakinkan, hingga ke tingkat yang nyaris redup. Agaknya, faktor ashabiyah, ego antar negara, serta sempitnya pemikiran, banyak memicu hal-hal yang tidak kita inginkan.
3. Penyembelehan Hewan di sini tidak terlalu mudah
Jika untuk memasuki berkurban atau kehidupan haria, di Indonesia begitu mudah untuk memperoleh dan memotong sembelihan sapi atau kambing. Di Australia, kondisi itu tidak begitu saja dapat diperoleh, termasuk juga untuk membelihnya. Begitu pula untuk me- nyembelih hewan tidak begitu saja hewan itu disembelih.
Untuk menyembelih hewan di sini, kita perlu melapor ke pihak yang terkait. Dan proses penyembelihan pun dilakukan tidak sekedar hanya hewan dirobohkan, dan begitu sudah roboh dan aman disembelih tinggal menyembelih. Namun, di sini hewan itu disembelih dalam keadaan yang setengah sadar. Kondisi begitu itu, untuk sapi, untuk kambing, hingga juga untuk ayam.
Pemberian sertipikat halal juga tidak seperti di negeri kita yang dilakukan oleh MUI. Di sini, sertipikat baru diberikan oleh kelompok-kelompok tertentu yang bisa jadi itu kurang bisa mewaliki untuk orang yang berwawasan lebih luas.
4. Poligami di sini dianggap pelanggaran hukum
Di Australia tidak sama dengan negara-negara lain. Di sini, poligami itu dianggap sebagai pelanggaran, dan atas pelanggaran tersebut bagi pelakunya tentu akan dikenakan sangsi jika sudah benar-benar berbukti.
5. Kajian Studi Keislaman di Australia
Sejauh ini, kajian keislaman di Australia kebanyakan di sekitar kajian wilayah. Misalnya, pada term kajian Islam kasus Indonesia. Kalau ada kajian-kajian Al-Qur’an atau hadits, suasananya lebih kepada studi ke naskah-naskah Arab, yang dilakukan oleh mahasiswa atau organisasi yang dar mahasiswa Arab.
Suasana yang tampak menantang di negeri ini, adalah bagaimana menjelaskan agama bagi penduduk yang punya pola hidup berbeda dengan kita. Misalnya, di sini tidak ada rezeki amplop. Semua diperoleh melalui usaha yang hitungannya sudah jelas.
Mungkin, fiqih bagi kalangan minoritas (qauliyat) bisa didesain dan dibuat untuk penduduk ini. Menurut Dr Nadirsyah Husen, mungkin yang diperlukan ke depan di sini alah bagaimana kita ciptakan generasi Islam 10-20 tahun ke depan yang akan menjadi pengganti atau pewaris agama di sini di masa selanjutnya.
6 Gaji Guru Besar di Australia
Di sini untuk mempromosikan seseorang, betul-betul dilihat bukan dari aspek kuantitas seperti berapa kredit point yang dikumpulkan, melainkan benar-benar dari segi kualitas.
Dosen senior untuk memberi kepercayaan kepada yang di bawahnya, benar-benar menyiapkan mereka. Misalnya, sejak bahan bacaan yang mesti mereka baca; mengecek cara membaca suatu yang memang perlu dicek; jurnal apa yang telah mereka isi dan sejauhmana pengaruhnya bagi pembaca jurnal itu.
Ketika salah satu dari peserta diskusi sempat bertanya, berapa gaji guru besar perguruan tinggi yang ada di negeri Kanguru ini? Dr Nadirsyah Husen menjawab: “Sekitar AUD 125.000/pertahun; Rp 1.375,000,000,-; sekitar Rp 114.500.000,-/ perbulan dipotong pajak, dengan kors dolar Rp 11.000,-. Sepuluh kali lipat Indonesia.
Sekian, semoga uraian ini bermanfaat bagi pembacanya (Erfan Soebahar).