Menemukan Sosok Silabus FITK Walisongo
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo memberanikan diri mencoba menemukan sosok yang sejauh ini banyak kita diskusikan. Yaitu, sosok pengembangan silabus PAI berbasis Unity of Sciences (wahdat al-ulum), yang isinya memadukan mata kuliah; dari yang dahulu dikenal makul keislaman dan umum; dirancang menyatu jadi suatu kesatuan matakuliah utuh. Sosoknya sudah dicobarumuskan, dan pada workshop Selasa Rabu, 3-4 Juni 2014 yang lalu, dicoba wujud pertamanya oleh jurusan PAI di Hotel C3 Ungaran, Semarang.
Dua pakar dari Fakultas Tarbiyah diundang sebagai Narasumber, yaitu pertama Prof Ibnu Hadjar dari IAIN Semarang dan kedua Prof Sutrisno dari UIN Yogyakarta. Seorang dosen yang tengah menulis disertasi Drs Miftahuddin M.Ag dari STAIN Salatiga juga diundang hadir. Dari situ, setelah beberapa masukan pemancing kita berbicara, maka banyak pikiran muncul menyauti dalam kerangka workshop itu.
Mencoba segera menemukan sosok silabus dapat saja dengan melompat dari mengenal problem lalu berusaha memahami prakiraan solusinya. Itulah lompatan kendel FITK yang dilakukan di awal bulan Juni ini, yang hasilnya berupa PR (pekerjaan rumah), membuat silabus yang dikumpulkan sebagai bukti pemahaman awal peserta workshop. Tulisan ini sedikit mendeskripsikan buah uji coba via workshop, langkah berani yang insya Allah juga ada hasilnya itu.
Problem Awal
Workshop yang diadakan kali ini berangkat dari suatu yang masih problem. Setidaknya problem peserta workshop adalah (1) belum memahami dan mengetahui kurikulum PAI berbasis Unity of Sciences secara mendalam tapi kita sudah berani mengadakan workshop untuk pengembangan silabus, dan (2) biasanya untuk berbicara silabus mestilah melalui tata urut kurikulum dulu, baru silabus, kemudian RPP/SAP.
Peserta umumnya sudah sama paham tiga hal dimaksud. Pertama, bahwa kurikulum PAI merupakan bluprint atau cetak biru, sosok konkret lulusan PAI. Kedua, silabus merupakan cetak biru dari suatu mata kuliah pada (prodi) PAI. Ketiga, RPP merupakan cetak biru dari satu kompetensi dasar pada suatu mata kuliah pada (prodi) PAI.
Dari problem yang dihadapi di atas dapat dipahami, bila pembicaraan mengenai silabus yang dilakukan sebelum membicarakan kurikulum merupakan langkah yang berani.
Mencari Solusi dengan Melompat
Dengan melompat pun suatu workshop dicoba melakukan terobosan pemahaman. Misalnya, workshop sudah berani mengambil ancang-ancang usahanya dalam pemahami silabus yang berbasis unity of sciences itu dengan membicarakan (1) konsep dasar unity of sciences, (2) paradigma unity of sciences, (3) pendekatan unity of sciences, (4) strategi implementasi unity of sciences, (5) kurikulum berbasis unity of sciences, (6) silabus berbasis unity of sciences, serta (7) RPP/SAP unity of sciences. Masing-masing dari sub pembicaraan ini dilihat dalam penjelasan berikut.
1- Konsep dasar Unity of Sciences
Dipahami dari konsep yang sudah dipahamkan kepada dosen IAIN Walisongo, bahwa yang dimaksud dengan kesatuan ilmu pengetahuan (unity of sciences) adalah kesatuan ilmu yang tak terpisahkan. Semua ilmu yang akan diajarkan “nanti” di UIN Walisongo adalah ilmu yang semuanya menjadi satu. Sumbernya adalah satu yaitu Allah, baik dari ayat Qur’aniyah maupun ayat kauniyah, naqli atau aqli, tekstual maupun kontekstual.
Dengan ungkapan lain, dalam konteks ini, sejauh ini sudah beredar tiga ayat penting konsep unity ini, yaitu ayat Qauliyah, kauniyah, dan nafsiyah. Ayat-ayat Nafsiyah, akhir- akhir ini terutama, telah berkembang demikian pesat.
(Saya ke kantor dulu; nanti dilanjutkan….. insya Allah)