Menyalakan Lentera Hijrah Pada Era Modern

Hijrah sering kali diidentikkan dengan peristiwa bersejarah ketika Rasulullah saw berpindah dari Makkah ke Madinah. Padahal, makna hijrah jauh lebih luas: ia adalah semangat untuk bertransformasi menuju kondisi yang lebih baik—baik dalam iman, akhlak, hingga cara kita memanfaatkan teknologi. Di tengah hiruk-pikuk zaman modern, semangat ini justru semakin relevan untuk kita semua.

Dasar Hijrah: Al-Qur’an dan Hadis

Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah, dan orang-orang yang berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 218)

Sementara, Rasulullah saw bersabda: “Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Dari dalil-dalil ini, kita bisa memaknai hijrah sebagai perpindahan dari keburukan menuju kebaikan, dari kealpaan menuju kesadaran, serta dari keterpurukan menuju kemajuan.

Makna dan Tujuan Hijrah

1. Hijrah Iman
Berpindah dari keraguan menuju keyakinan yang kokoh. Ketika iman tumbuh subur di hati, segala amal kita akan bermuara pada keridhaan Allah.

2. Hijrah Akhlak
Meninggalkan akhlak tercela untuk menanamkan karakter mulia. Bukan hanya sekadar berkata baik, tetapi juga menebar kebaikan melalui tindakan nyata.

3. Hijrah Sosial
Berperan aktif dalam lingkungan, sekaligus menjauhi hal-hal yang merusak. Dengan begitu, kita bisa menghadirkan atmosfer positif di tengah masyarakat.

4. Hijrah Teknologi dan Peradaban
Memanfaatkan teknologi untuk tujuan yang bermanfaat, seperti dakwah digital, edukasi, dan kegiatan produktif lainnya—bukan sekadar ajang pamer atau menebar keburukan.

Menjalani Hijrah di Tengah Modernitas

1. Bergerak dari Kemalasan ke Produktivitas
Salah satu tantangan di era digital adalah godaan untuk berlama-lama di media sosial tanpa tujuan jelas. Semangat hijrah mendorong kita disiplin memanfaatkan waktu, misalnya menulis hal bermanfaat, berbagi pengetahuan, atau menyebarkan konten positif.

2. Meninggalkan Gaya Hidup Konsumtif untuk Hidup Sederhana
Iklan dan kemudahan belanja daring kerap memancing sifat boros. Dengan spirit hijrah, kita belajar mengelola keuangan secara bijak dan seimbang. Bukankah Rasulullah ﷺ telah mengajarkan kita untuk selalu memerhatikan nasib akhirat tanpa mengabaikan tanggung jawab dunia?

3. Beralih dari Sikap Egois ke Kepedulian Sosial
Di tengah kecenderungan individualisme, hijrah mengajarkan kita untuk peduli pada sesama. Sebagaimana hadis menegaskan: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Ahmad)

Kita diajak membantu orang lain, bergotong royong, serta membangun ukhuwah yang kuat dalam masyarakat.

Penutup

Hijrah bukan sekadar ritual atau seremoni sekali dalam setahun. Ia adalah proses berkelanjutan yang menuntun kita menuju kebaikan setiap hari. Dengan semangat hijrah, kita mampu mengevaluasi diri, meninggalkan kebiasaan yang merugikan, serta meniti jalan lurus sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Semoga Allah SWT senantiasa membimbing langkah kita untuk terus berpindah ke arah yang lebih baik. Mari bersama-sama menyalakan lentera hijrah dalam jiwa kita, sehingga hidup di era modern ini menjadi ladang amal dan manfaat bagi sesama,Amin (Erfan Subahar).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *